PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Udang galah, dalam
bahasa ilmiah dikenal dengan nama Macrobrachium
Rosenbergii. Dalam dunia perdagangan, udang galah diberi gelar “Giant Freshwater Prawn”. Udang galah
merupakan salah satu jenis udang air tawar yang ukurannya bisa mencapai 32 cm.
Udang galah berasal dari perairan tawar seperti, sungai, danau, dan rawa. Udang galah banyak
terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
Pasaran udang galah cukup baik. Udang
galah tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri, melainkan juga untuk ekspor.
Ekspor udang galah mulai dikembangkan pada tahun 1971, sejak saat itu nilai
ekonomi udang galah semakin meningkat.
Dengan meningkatnya nilai ekonomi udang
galah, maka usaha penangkapannya pun mulai meningkat. Para nelayan mulai giat
memburu udang galah dengan usaha yang lebih intensif dan alat-alat yang lebih
efektif. Namun penangkapan udang galah secara terus menerus tanpa disertai
usaha untuk melindunginya akan menimbulkan punahnya jenis udang galah.
Produksi udang galah di Indonesia semakin
lama semakin menurun. Selain karena faktor kegiatan penangkapan udang galah,
turunnya produksi udang galah juga dipengaruhi oleh pencemaran lingkungan
akibat aktivitas manusia. Misalnya, pembuatan bendungan, limbah pabrik, dan
sampah masyarakat yang dibuang ke sungai. Pencemaran merupakan penyebab
rusaknya lingkungan hidup udang galah.
Salah satu upaya untuk mengatasi
penurunan produksi udang galah dan kepunahan jenis udang galah tersebut, adalah
dengan menggalakkan budidaya udang galah.
Berkenaan dengan pentingnya pengaruh budidaya
udang galah untuk meningkatkan produksi udang galah, maka perlu disusun sebuah
makalah yang mampu menjadi wahana bagi penulis sendiri, serta yang membaca
makalah ini bisa memperoleh wawasan, pengetahuan, dan keilmuan, berkenaan dengan
budidaya
udang galah. Oleh sebab itu, penulis, menulis
sebuah makalah yang berjudul “Budidaya Udang Galah di Air Tawar”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan budidaya ?
- Bagaimana karakteristik udang galah ?
- Bagaimana cara membudidayakan udang galah ?
- Bagaimana proses panen udang galah ?
- Apa saja kendala dalam budidaya udang galah ?
- Bagaimana prospek dan peluang pasar udang galah ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini, antara lain:
- Untuk mengetahui pengertian budidaya;
- Untuk mengetahui karakteristik udang galah;
- Untuk mengetahui cara membudidayakan udang galah;
- Untuk mengetahui proses panen udang galah;
- Untuk mengetahui kendala dalam budidaya udang galah;
- Untuk mengetahui prospek dan peluang pasar udang galah.
1.4 Manfaat Makalah
Makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai
wahana penambah pengetahuan tentang budidaya udang galah.
2.
Pembaca, sebagai media informasi tentang
budidaya udang galah.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Landasan
Teoritis
Pengertian Udang Galah
Menurut Holthuis 1980 dalam Hadie at.al. 2001 mengatakan bahwa udang galah mempunyai ciri-ciri
seperti berikut yaitu dari aspek filum, udang galah dikenali sebagai arthropoda seterusnya udang galah
termasuk dalam kelas crustacea. Jika
dinilai dari aspek bangsa udang galah mempunyai bangsa decapoda. Udang galah
mempunyai badan yang beruas-ruas ataupun bersegmen yang diliputi kulit
yang keras. Jika dilihat udang galah mempunyai warna yang sangat unik dimana
badannya berwarna biru tua dan ungu.
Untuk membedakan tingkat
kematangan telur udang dapat dibedakan seperti warna coklat kehitaman yang mana
telur baru berusia 1-2 hari, jika telah mencapai 4-6 hari telur udang galah
menjadi warna coklat kekuningan apabila telah
mencapai hari ke 10-12 warna
telur udang galah menjadi warna kuning orange.
Menurut Ling
dan Merican (1961) telah melaporkan
bahwa semenjak awal tahun 1960 populariti udang
galah telah meingkat dengan pesatnya. Sehingga permintaan melebihi
persediaan.
2.2 Pembahasan
2.2.1 Pengertian
Udang Galah
Udang galah terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang diliputi oleh
kulit yang keras. Badan udang di bagi atas tiga bagian yaitu : kepala dan dada
(cephalothorax), badan (abdomen) dan (uropoda).
Cephalothorax dibungkus oleh
kulit keras. Pada bagian depan kepala terdapat penonjolan (carapace) yang
bergigi disebut rostrum. Secara
taksonomis rostrum berfungsi sebagai
penunjuk spesies. Udang galah
memiliki 11 – 13 buah gigi rostrum
dibagian atas dan 8 – 14 buah gigi rostrum
dibagian bawah, pada bagian dada terdapat 5 pasang jalan (pereiopoda). Pasang
kaki jalan tersebut tumbuh mencapai 1,5 kali panjang badan.
Bagian badan terdiri dari 5 ruas, masing – masing dengan sepasang
kaki renang. Pada udang betina tempat tersebut merupakan tempat pengeraman
telur setelah telur dibuahi, sedangkan udang jantan terdapat apendix masculina. Bagian ekor merupakan ruas terakhir dari ruas badan yang
kaki renang nya bermodifikasi guropoda
dan diakhiri dengan telson.
Secara morfologis dan anatomis udang jantan dan udang betina dapat
dibedakan sebagai berikut :
a.
Udang
Jantan
Ukuran lebih besar
dari pada udang betina. Pasangan kaki jalan tumbuh sangat besar dan kuat bahkan
sampai satu setengah kali panjang total badannya. Bagian perut lebih ramping,
ukuran pleuron lebih pendek alat
kelamin terletak pada basis pasangan jalan kelima, di mana pasangan kaki ini
lebih rapat dan lunak. Apendix masculina terletak pada pasang kaki
kedua.
b. Udang Betina
Ukuran tubuh
biasanya lebih kecil dari pada udang jantan. Pasangan kaki jalan kedua tetap
tumbuh lebih besar, namun tidak begitu besar dan kuat pada seperti udang
jantan. Bagian perut tumbuh melebar. Pleuron
memanjang sehingga ruangan pada bagian ini lebih dalam bersama-sama dengan kaki
renang, ruangan ini merupakan tempat pengeraman telur, sehingga secara
keseluruhan bentuk tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin betina
terletak pada pangkal pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran
(lubang) yang disebut “thelicum”.
c. Klasifikasi
Semua jenis udang
air tawar termasuk dalam familia palaemonidae
dan udang galah adalah salah satu jenis dari familia tersebut yang merupakan
jenis terbesar. Dalam sistematika udang galah termasuk :
Fillum : Arthopoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Decapoda
Suku : Palaemonidae
Marga : Macrobrachium
Jenis : Macrobrachium
Rosenbergii (de Man)
d. Daur Hidup
Udang galah tumbuh
dan menjadi dewasa di perairan tawar. Telur yang telah dibuahi disimpan dan
dierami pada tempat pengeraman (brood chamber) sampai 19 hari. Setelah menetas
larva memerlukan air payau sebagai media hidupnya. Bila selama waktu tiga
sampai lima hari larva tersebut tidak dapat mencapai air payau maka larva akan
mati. Hal tersebut dapat terjadi pada penetasan telur di perairan yang jauh dari
laut.
e. Siklus hidup dan
penyebaran
Dalam siklus
hidupnya udang galah dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni air payau
pada fase larva dan air tawar pada fase muda dan dewasa. Udang galah dewasa
merupakan penghuni sungai-sungai yang ada hubungannya dengan laut serta
perairan sekitarnya seperti rawa, waduk, danau dan sebagainya. Hal tersebut
berhubungan erat dengan siklus hidupnya, bahwa larva harus segera mendapatkan
perairan payau setelah menetas paling lambat tiga sampai lima hari. Larva akan
berkembang hingga mencapai juvenil di
perairan payau dan kemudian bermigrasi ke perairan tawar, sungai dan
sebagainya.
Di alam udang galah
dapat berpijah, di daerah air tawar pada jarak lebih dari 100 kilometer dari
muara atau laut dan membiarkan larvanya ikut terbawa aliran sungai dengan
risiko kematian yang tinggi. Secara alami penyebaran udang galah meliputi
daratan Indo - Pasifik mulai dari bagian timur benua Asia masuk Indonesia. Di Indonesia
sendiri udang galah tersebar luas mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, sampai
Irian.
f. Makanan dan tingkah
laku
Udang galah mempunyai sifat alami yang
sama dengan udang lainnya, yakni aktif pada malah hari. Pada siang hari udang
menyembunyikan diri di tempat yang teduh atau dalam lumpur. Namun bila keadaan
siang hari tidak terlalu terik, udang galah akan aktif mencari makan. Makanan
udang ada
bermacam-macam, antara lain : crustaceae rendah, siput-siput kecil,
cacing-cacing, larva serangga, sisa-sisa bahan organik baik tumbuhan maupun
hewan. Sifat ini disebut “omnivorus”.
2.2.2 Cara
Membudidayakan Udang Galah
a. Penyediaan Benih
Penyediaan benih udang galah dapat didapat dari alami dan dari
panti pembenihan udang galah.
1) Penyediaan Benih
dari Alam
Penangkapan benih
udang galah dapat dilakukan di sungai-sungai atau muara-muara / laut sesuai
dengan daur hidupnya. Benih udang galah yang terdapat di alam biasanya
berukuran 3-11 cm. Benih udang galah yang terdapat di alam merupakan benih
unggul yang dapat digunakan untuk penebaran di kolam-kolam.
2) Cara Penangkapan
Udang galah menempati daerah pasar perairan dan biasanya merayap
jika mencari makan. Dari sifat tersebut udang dapat ditangkap dengan alat :
bubu, jala tebar, pancing, prayar, sodo dan seser. Penangkapan dilakukan pada
malam hari bertepatan dengan aktifnya udang. Udang-udang kecil senang
berlindung di daerah tepian (lubang atau ranting-ranting pohon).
Untuk mendapatkan
hasil yang baik, penangkapan itu sebaiknya dibantu dengan menaburkan makanan
pada rumpon. Bila dibantu dengan rumpon
dan makanan maka alat yang tepat adalah seser dengan waktu penangkapan malam
hari.
3) Penampungan
Benih udang galah yang terkumpul di tampung dalam bak-bak plastik.
Bak plastik dapat dibuat dengan menyusun dinding bata setinggi 50 cm. Bentuknya
balok dengan ukuran luas dasar 3 x 1 m. Di dalam dinding bata tersebut kemudian
dipasangi lembaran plastik, untuk menampung air. Di sekeliling dinding bata
tersebut diberi patok-patok bambu atau kayu.
Bak di isi air tawar setinggi 40 cm dan beberapa ranting kecil yang
berdaun. Air harus mengalir atau harus sering diganti. Apabila tidak ada air
yang mengalir, kita dapat memanfaatkan beberapa gentong, drum, atau tong,
sebagai wadah tandon air. Tiap-tiap wadah dihubungkan satu sama lain dengan slang
atau pipa. Wadah tersebut diberi pipa pengeluaran air di bagian bawahnya. Air
yang keluar dari pipa ini harus dapat mengalir masuk ke dalam bata.
Agar air di dalam bak bata tidak meluap, maka bak harus diberi
slang pengeluaran air, yang besarnya sama dengan pipa pemasukannya. Ujung slang
yang berada di dalam bak diberi saringan kasa plastik atau nilon. Ujung pipa
lainnya yang berada di luar bak harus lebih rendah dari dasar bak. Dengan
adanya pergantian air tersebut, maka benih-benih udang galah tidak akan mati
kekurangan zat asam.
Di dalam bak plastik tersebut, dapat diisi benih sebanyak 2000 -3000
ekor yang ukurannya 5 cm. Selama ditampung, udang galah diberi makanan.
Misalnya cincangan daging, daging siput, daging bekicot, umbi ketela rambat,
makanan anak ayam, dan pelet. Kotoran udang galah yang mengendap di dasar bak
disedot keluar dengan slang plastik.
Bak perlu ditutup
kere bambu kedap, agar benih tidak meloncat keluar. Selain itu bak juga harus
ditaruh di tempat yang teduh, aman, dan tidak gaduh.
4) Pengangkutan
Setelah benih terkumpul, benih udang galuh diangkut dengan wadah
plastik bervolume 60 liter. Wadah tersebut diberi 5 buah sekatan yang disusun
bertumpuk dari bawah ke atas. Dibagian paling atas diberi tutup. Sekatan dan
tutup tersebut terbuat dari bahan kain kelambu yang diberi kerangka kawat
besar.
Wadah di isi air hingga 2/3 bagian. Benih dimasukkan diatas
tiap-tiap sekatan. Setiap sekatan dapat memuat 500 - 1000 ekor. Air di dalam
wadah pengangkut di aerasi, dengan
menggunakan aerator baterai yang
berisi 2 buah baterai. Aerator adalah
pompa hawa kecil yang sering dipakai untuk memberikan udara dalam akuarium.
Aeratornya diberi saluran
hawa berupa slang plastik kecil. Slang dimasukkan dalam wadah hingga sampai ke
dasarnya. Ujung slang di dasar wadah diberi batu aerasi, agar gelembung-gelembung udara yang keluar kecil-kecil dan
tersebar merata dengan baik.
Sebaiknya benih
diangkut pada waktu pagi, sore atau malam hari. Jika suhu air di dalam wadah
pengangkut meningkat, diatas tutup wadah plastik tersebut diberi
potongan-potongan es atau air di dalam wadah diganti dengan air yang lebih
bersih dan sejuk.
5)
Pembenihan dari Panti Pembenihan
Pembenihan udang galah diawali oleh S.W. Ling dalam tahun 1959 di Glugor,
Malaysia. Pada tahun 1964, T. Fujimura
dari Hawaii mendatangkan induk-induk udang galah dari Malaysia. Dia melakukan
percobaan-percobaan, yang berhasil dengan baik.
Di Indonesia percobaan pembenihan udang galah dimulai sejak tahun
1964. Akan tetapi belum dapat berhasil. Percobaan yang berhasil untuk pertama
kalinya dilakukan di Lembaga Penelitian Perikanan Darat Cabang Pasar Minggu
(Jakarta) pada tahun 1973. Teknik yang diterapkan adalah teknik yang telah
berkembang di Hawaii, yaitu dengan menggunakan bak persegi panjang dan air
hijau.
Sejak tahun 1975 telah dihasilkan benih secara massal. Sejak itu,
mulai dibangun balai-balai benih udang galah di Indonesia. Pada tahun 1975
berdiri Balai Benih Udang Galah di Adiraja (Jawa Tengah) dan Pusat Pembenihan
Udang di Probolinggo (Jawa Timur). Tahun 1980, berdiri Balai Benih Udang Galah
di Prigi (Jawa Timur) dan Balai Benih di Pangandaran (Jawa Barat). Tahun 1981,
berdiri Balai Benih Udang Galah di Tuban (Jawa Timur). Dan tahun 1982, berdiri
Balai Benih Udang Galah di Bali.
Disamping pengembangan teknik pembenihan model Hawaii, Lembaga
penelitian Perikanan Darat juga mulai mengembangkan teknik lain, yaitu dengan
menggunakan bak-bak berbentuk kerucut dan air jernih.
Saat membutuhkan
benih, konsumen dapat menghubungi salah satu panti pembenihan yang ada. Benih
udang galah yang tersedia di panti pembenihan berupa benih halus ukuran sekitar
1 cm. Benih akan diwadahi kantong plastik dan dibungkus dengan dus karton, para
konsumen tinggal membawanya saja.
b.
Pembesaran di Tempat Pemukiman
1) Transito di Kolam
Ipukan
Fungsi utama kolam ipukan adalah sebagai tempat persemaian benih
udang sebelum mampu ditebar dalam kolam. Kolam ipukan dapat dibuat sendiri
dengan luas tergantung pada jumlah yang diperlukan untuk penebaran di dalam kolam
pembesaran. Padat penebaran di kolam ipukan berkisar 100 – 300 ekor/10m2 .
Sebelum ditebari benih, tanah dasar kolam perlu diolah dan
diratakan. Kemudian dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 1 kg/10 m2.
Setelah itu diberi pelindung yang terdiri dari ranting-ranting pohon, bambu,
atau daun kelapa. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum
benih dilepaskan, benih perlu di adaptasikan terlebih dahulu.
Setelah dua minggu,
kolam ipukan dipupuk kembali. Selain dipupuk, benih juga diberi makanan
tambahan. Makanan tambahan itu diberikan secara merata di seluruh dasar kolam.
Makan tambahan yang diberikan juga harus tenggelam dalam air, tidak membusuk
dalam jangka waktu 10 jam, berbentuk remah yang tak mudah hancur dalam air, dan
berprotein tinggi (lebih dari 20%).
2) Persiapan Lahan dan
Lingkungan
Pertama, kolam dikeringkan dan tanah dasarnya dibiarkan terjemur
dibawah sinar matahari. Selain dikeringkan, perlu juga adanya perbaikan
pematang, penutupan bocoran, perbaikan saluran tengah dan saluran keliling, dan
perataan tanah dasar. Pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasangi saringan
kawat kasa nyamuk.
Setelah tanah dasar dikeringkan selama 15 hari, kolam di isi air
setinggi 15 cm diatas plataran. Untuk menjaga adanya benih ikan liar dan ikan
buas, maka dilakukan peracunan dengan akar tuba (Derris Eliiptica) dengan
takaran 5 kg/ha pada kedalaman air rata-rata 15 cm.
Setelah peracunan hama, air kolam dibiarkan menggenang dan menguap
selama 7-15 hari. Setelah itu, kolam dicuci dan diganti dengan air baru.
Kemudian, taburkan pupuk sebagai pemupukan dasar. Jenis pupuk dan takarannya
adalah sebagai berikut : pupuk kandang 1-2 ton/ha, urea 5-10 kg/ha, TSP 10-20
kg/ha, dan kapur pohor 100-200 kg/ha.
Setelah selesai
pemupukan, air dibiarkan menggenang dan menguap selama 7 hari. Kolam perlu
diberi rumpon berupa daun kelapa, daun nipah, ranting bambu, waring plastik,
dll.
3) Jumlah Penghuni yang
Memadai
Pemeliharaan udang galah dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama
dengan cara monokultur, yaitu khusus
udang galah. Kedua dengan cara polikultur,
yaitu campuran dengan jenis ikan lain. Jenis ikan yang digunakan adalah jenis
ikan pemakan tumbuhan atau planktos
seperti ikan tawes, nilem, tambakan, sepat siam dan mola.
a) Pemeliharaan Khusus
Udang Galah
Benih udang galah
ditebar setelah kolam selesai disiapkan dan telah di isi air sedalam 20 cm.
Jumlah penebarannya sekitar 20.000 ekor/ha. Ukuran benihnya antara 2-5 cm
dengan berat 0,2 g – 0, 5 g.
b) Pemeliharaan
Campuran bersama Ikan
Padat penebaran
benih udang sekitar 20.000 ekor/ha dengan ukuran benih antara 2-5 cm. Penebaran
benih udang galah dilakukan terlebih dahulu. Penebaran benih jenis ikan lain
dilakukan setelah dua minggu sampai satu bulan penebaran benih udang galah.
Padat penebaran jenis ikan lain sekitar 10.000 ekor/ha dengan ukuran benih 3-8
cm.
4) Kesehatan Lingkungan
dan Keamanan
Setelah benih ditebarkan, air diatas pelataran dibiarkan sedalam 20
cm selama 5 hari. Kemudian baru ditinggikan hingga sedalam 30 cm. Selanjutnya
air ditinggikan secara berangsur-angsur, sehingga selama masa pemeliharann
kedalamannya berkisar antara 40-60 cm. Selama masa pemeliharaan, perlu ada
penggantian air yang lumintu.
Selain usaha untuk
menjaga kesehatan lingkungan, usaha untuk menjaga keselamatan juga perlu
dilakukan. Terutama penjagaan terhadap hewan penggangu seperti ular air, ketam,
burung, welingsang, ikan buas dan ikan liar.
5) Bantuan Pangan dari
Luar
Pemupukan ulang dilakukan setiap dua minggu sekali atau setiap
sebulan sekali. Pupuk yang digunakan sama dengan pupuk dasar namun dengan
takaran separuh dari pupuk dasar.
Selain pemupukan ulang, bantuan pangan
dari luar mulai dibutuhkan setelah pemeliharaan berlangsung selama tiga bulan.
Bantuan pangan dari luar bisa berupa bahan sisa baik yang berasal dari rumbuhan
maupun hewan. Misalnya dedak, bungkil, ampas makanan, sisa pemotongan ternak,
sisa pengolahan ikan, daging bekicot, cincangan siput, cacing tanah, dll. Namun
dapat juga berupa Pelet.
2.2.3
Proses Panen Udang
Galah
Panen udang galah dapat
dilakukan setelah pemeliharaan berlangsung selama 5 – 6 bulan, ada dua macam
cara panen yaitu panen sebagian demi sebagian dan panen total. Panen sebagian
demi sebagian udang tidak dipanen seluruhnya sekaligus melainkan hanya di pilih
yang sudah besar saja. Panen total berarti udang ditangkap seluruhnya, baik
besar maupun kecil.
a.
Ditangkap
basah
Baik pada panen sebagian demi sebagian maupun pada panen total
udang galah harus ditangkap dalam keadaan hidup dan segar bugar.
Untuk
penangkapan sebagian demi sebagian, biasanya menggunakan alat tangkap jaring
insang. Jaring tersebut di rentangkan selebar kolam, kemudian ditarik dari satu
sisi kolam ke sisi lainnya. Ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran udang yang
sudah besar.
Untuk penangkapan total, dilakukan dengan pengesatan kolam. Malam
menjelang hari penangkapan, air kolam di keluarkan perlahan – lahan.
Selanjutnya penangkapan dimulai pada pukul 5 pagi. Alat yang di pakai dapat
berupa seser, serok, pecak, maupun tangan kosong.
Hasil tangkapan di tampung di dalam keranjang atau ember yang di
beri tutup. Selama penangkapan berlangsung harus ada aliran air yang masuk ke
dalam kolam. Hal ini berguna untuk
mencegah udang galah mati kekurangan zat
asam untuk bernafas.
b.
Hasil
panen udang galah
1.
Pemeliharaan
udang tunggal
Misal menebar benih yang
ditebar sebanyak 20.000 ekor/ha. Dalam waktu pemeliharaan 5 bulan, kematiannya sekitar 50% dengan berat
rata-rata 35 g/ekor, maka hasil panen kita adalah 50% X 20.000 X 35 g = 350.000
g/ha atau 350 kg/ha.
2.
Pemeliharaan
campuran udang dan tawes
Benih yang kita tebarkan semula 20.000 ekor/ha. Kematian selama 5
bulan pemeliharaan sekitar 50%. Karena
dicampur ikan, maka berat udang rata-rata hanya 25 g/ekor. Jumlah berat
udang seluruhnya adalah 50% X 20.000 X
25 g = 250.000 g/ha, atau sama dengan 250 kg/ha.
Benih tawes yang kita tebarkan 10.000 ekor/ha. Selama masa
pemeliharaan 5 bulan, kematian sekitar 20%, dengan berat rata-rata sekitar 70 g/ekor. Maka jumlah
berat panen ikan kita adalah 80% X 10.000
X 70 g = 560.000 g/ha, atau sama
dengan 560 kg/ha.
2.2.4
Permasalahan Umum dalam Masyarakat Pembudidaya Udang Galah
Menurut situs warintek.bantulkab.go.id, ada beberapa kendala
didalam usaha budidaya udang galah, diantaranya adalah :
1)
Penguasaan dan aplikasi teknologi
budidaya oleh masyarakat pembudidaya udang galah masih lemah;
2)
Inovasi atau proses alih teknologi
lambat;
3)
SDM terampil terbatas;
4)
Ketersediaan benih udang galah konsumsi
di suatu wilayah pada umumnya masih banyak didatangkan dari luar daerah
akibatnya biaya transportasi dan mortalitas selama pengangkutan menambah beban cost produksi;
5)
Harga pakan pabrik di pasaran relatif
mahal dan cenderung naik hingga tak seimbang dengan pendapatan petani;
6)
Pengelolaan usaha budidaya udang galah
oleh petani kebanyakan masih tradisional dan bersifat sambilan;
7)
Pemasaran hasil produksi masih sering
mengalami kesulitan karena pada umumnya belum terbentuk jaringan pasar yang
jelas;
8)
Pengembangan budidaya udang galah air
tawar pada umumnya belum terkonsentrasi, mengakibatkan beberapa kesulitan:
transfer teknologi, penanganan pasca panen dan pemasaran.
2.2.5 Prospek
dan Peluang Pasar Udang Galah
Peluang pasar udang
galah masih terbuka luas baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk pasar
lokal, permintaan datang terutama dari wilayah Bali, Jakarta, Batam, dan
Surabaya. Sementara pasar udang galah di luar negeri telah terbentuk di Jepang,
Korea, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Scotlandia, Inggris, Belanda,
Selandia Baru, dan Australia.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun yang
dapat disimpulkan dari budidaya udang galah di air tawar adalah sebagai
berikut:
Udang Galah merupakan jenis hewan perairan yang
termasuk dalam familia palaemonidae
yang hidup di air tawar. Udang galah juga mempunyai sifat omnivorus. Pemeliharaan udang galah di kolam juga merupakan
kelanjutan usaha pemeliharaan larva di hatchery.
Udang Galah dapat pula di jadikan sebagai makanan yang di gemari di mana-mana yang baunya tidak sedap yang biasa disebut
dengan terasi, yang pembuatannya adalah melalui proses pemeraman. Udang Galah
juga dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni payau dan tawar yang
biasanya menempati daerah dasar perairan.
3.2
Saran
Adapun saran
yang dapat kami berikan mengenai makalah budidaya udang galah di air tawar
adalah sebagai berikut:
Jika ingin
membudidaya Udang Galah seharusnya diantara perairan tawar dan perairan asin
atau laut. Karena, udang galah memiliki dua habitat dengan dua fase yang berbeda pula. Dalam hal memberi
makan udang galah harus menenggelamkan makanan tersebut ke dalam air, upayakan
agar makanan tidak membusuk dalam jangka waktu 10 jam, pakan yang diberikan
harus berbentuk remah yang tak mudah hancur dalam air, pakan yang digunakan
harus memiliki kadar protein yang tinggi. Dengan protein 20-23% cukup baik
untuk pertumbuhan udang.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kurniawan, Fredi.” Morfologi Udang Galah”. (Online)
Mudjiman, Ahmad. 1988. Budidaya Udang Galah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Santoso, Imam. “Masalah Umum Dalam Budidaya Udang Galah”. (Online)
Soetarno. 1992. Budidaya Udang. Semarang : Aneka Ilmu.