Wednesday, November 22, 2017

BUDIDAYA UDANG GALAH DI AIR TAWAR



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Udang galah, dalam bahasa ilmiah dikenal dengan nama Macrobrachium Rosenbergii. Dalam dunia perdagangan, udang galah diberi gelar “Giant Freshwater Prawn”. Udang galah merupakan salah satu jenis udang air tawar yang ukurannya bisa mencapai 32 cm. Udang galah berasal dari perairan tawar seperti,  sungai, danau, dan rawa. Udang galah banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
Pasaran udang galah cukup baik. Udang galah tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri, melainkan juga untuk ekspor. Ekspor udang galah mulai dikembangkan pada tahun 1971, sejak saat itu nilai ekonomi udang galah semakin meningkat.
Dengan meningkatnya nilai ekonomi udang galah, maka usaha penangkapannya pun mulai meningkat. Para nelayan mulai giat memburu udang galah dengan usaha yang lebih intensif dan alat-alat yang lebih efektif. Namun penangkapan udang galah secara terus menerus tanpa disertai usaha untuk melindunginya akan menimbulkan punahnya jenis udang galah.
Produksi udang galah di Indonesia semakin lama semakin menurun. Selain karena faktor kegiatan penangkapan udang galah, turunnya produksi udang galah juga dipengaruhi oleh pencemaran lingkungan akibat aktivitas manusia. Misalnya, pembuatan bendungan, limbah pabrik, dan sampah masyarakat yang dibuang ke sungai. Pencemaran merupakan penyebab rusaknya lingkungan hidup udang galah.
Salah satu upaya untuk mengatasi penurunan produksi udang galah dan kepunahan jenis udang galah tersebut, adalah dengan menggalakkan budidaya udang galah.
Berkenaan dengan pentingnya pengaruh budidaya udang galah untuk meningkatkan produksi udang galah, maka perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana bagi penulis sendiri, serta yang membaca makalah ini bisa memperoleh wawasan, pengetahuan, dan keilmuan, berkenaan dengan budidaya


udang galah. Oleh sebab itu, penulis, menulis sebuah makalah yang berjudul “Budidaya Udang Galah di Air Tawar”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan budidaya ?
  2. Bagaimana karakteristik udang galah ?
  3. Bagaimana cara membudidayakan udang galah ?
  4. Bagaimana proses panen udang galah ?
  5. Apa saja kendala dalam budidaya udang galah ?
  6. Bagaimana prospek dan peluang pasar udang galah ?
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
  1. Untuk mengetahui pengertian budidaya;
  2. Untuk mengetahui karakteristik udang galah;
  3. Untuk mengetahui cara membudidayakan udang galah;
  4. Untuk mengetahui proses panen udang galah;
  5. Untuk mengetahui kendala dalam budidaya udang galah;
  6. Untuk mengetahui prospek dan peluang pasar udang galah.
1.4  Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.      Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan tentang budidaya udang galah.
2.      Pembaca, sebagai media informasi tentang budidaya udang galah.





BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Landasan Teoritis
Pengertian Udang Galah
Menurut Holthuis 1980 dalam Hadie at.al. 2001 mengatakan bahwa udang galah mempunyai ciri-ciri seperti berikut yaitu dari aspek filum, udang galah dikenali sebagai arthropoda seterusnya udang galah termasuk dalam kelas crustacea. Jika dinilai dari aspek bangsa udang galah mempunyai bangsa decapoda. Udang galah  mempunyai badan yang beruas-ruas ataupun bersegmen yang diliputi kulit yang keras. Jika dilihat udang galah mempunyai warna yang sangat unik dimana badannya berwarna biru tua dan ungu.
Untuk membedakan tingkat kematangan telur udang dapat dibedakan seperti warna coklat kehitaman yang mana telur baru berusia 1-2 hari, jika telah mencapai 4-6 hari telur udang galah menjadi warna coklat kekuningan apabila telah  mencapai hari  ke 10-12 warna telur udang galah menjadi warna kuning orange.
Menurut Ling dan Merican (1961) telah melaporkan bahwa semenjak awal tahun 1960 populariti udang  galah telah meingkat dengan pesatnya. Sehingga permintaan melebihi persediaan.
2.2  Pembahasan
2.2.1    Pengertian Udang Galah
Udang galah terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang diliputi oleh kulit yang keras. Badan udang di bagi atas tiga bagian yaitu : kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen) dan (uropoda).
Cephalothorax dibungkus oleh kulit keras. Pada bagian depan kepala terdapat penonjolan (carapace) yang bergigi disebut rostrum. Secara taksonomis rostrum berfungsi sebagai penunjuk spesies. Udang galah memiliki 11 – 13 buah gigi rostrum dibagian atas dan 8 – 14 buah gigi rostrum dibagian bawah, pada bagian dada terdapat 5 pasang jalan (pereiopoda). Pasang kaki jalan tersebut tumbuh mencapai 1,5 kali panjang badan.


Bagian badan terdiri dari 5 ruas, masing – masing dengan sepasang kaki renang. Pada udang betina tempat tersebut merupakan tempat pengeraman telur setelah telur dibuahi, sedangkan udang jantan terdapat apendix masculina. Bagian ekor merupakan ruas terakhir dari ruas badan yang kaki renang nya bermodifikasi guropoda dan diakhiri dengan telson.
Secara morfologis dan anatomis udang jantan dan udang betina dapat dibedakan sebagai berikut :
a.       Udang Jantan
Ukuran lebih besar dari pada udang betina. Pasangan kaki jalan tumbuh sangat besar dan kuat bahkan sampai satu setengah kali panjang total badannya. Bagian perut lebih ramping, ukuran pleuron lebih pendek alat kelamin terletak pada basis pasangan jalan kelima, di mana pasangan kaki ini lebih rapat dan lunak. Apendix masculina terletak pada pasang kaki kedua.
b.      Udang Betina
Ukuran tubuh biasanya lebih kecil dari pada udang jantan. Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, namun tidak begitu besar dan kuat pada seperti udang jantan. Bagian perut tumbuh melebar. Pleuron memanjang sehingga ruangan pada bagian ini lebih dalam bersama-sama dengan kaki renang, ruangan ini merupakan tempat pengeraman telur, sehingga secara keseluruhan bentuk tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin betina terletak pada pangkal pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran (lubang) yang disebut “thelicum”.
c.       Klasifikasi
Semua jenis udang air tawar termasuk dalam familia palaemonidae dan udang galah adalah salah satu jenis dari familia tersebut yang merupakan jenis terbesar. Dalam sistematika udang galah termasuk :
Fillum : Arthopoda
Kelas   : Crustacea
Bangsa            : Decapoda
Suku    : Palaemonidae
Marga  : Macrobrachium
Jenis    : Macrobrachium Rosenbergii (de Man)
d.      Daur Hidup
Udang galah tumbuh dan menjadi dewasa di perairan tawar. Telur yang telah dibuahi disimpan dan dierami pada tempat pengeraman (brood chamber) sampai 19 hari. Setelah menetas larva memerlukan air payau sebagai media hidupnya. Bila selama waktu tiga sampai lima hari larva tersebut tidak dapat mencapai air payau maka larva akan mati. Hal tersebut dapat terjadi pada penetasan telur di perairan yang jauh dari laut. 
e.       Siklus hidup dan penyebaran
Dalam siklus hidupnya udang galah dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni air payau pada fase larva dan air tawar pada fase muda dan dewasa. Udang galah dewasa merupakan penghuni sungai-sungai yang ada hubungannya dengan laut serta perairan sekitarnya seperti rawa, waduk, danau dan sebagainya. Hal tersebut berhubungan erat dengan siklus hidupnya, bahwa larva harus segera mendapatkan perairan payau setelah menetas paling lambat tiga sampai lima hari. Larva akan berkembang hingga mencapai juvenil di perairan payau dan kemudian bermigrasi ke perairan tawar, sungai dan sebagainya.
Di alam udang galah dapat berpijah, di daerah air tawar pada jarak lebih dari 100 kilometer dari muara atau laut dan membiarkan larvanya ikut terbawa aliran sungai dengan risiko kematian yang tinggi. Secara alami penyebaran udang galah meliputi daratan Indo - Pasifik mulai dari bagian timur benua Asia masuk Indonesia. Di Indonesia sendiri udang galah tersebar luas mulai dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, sampai Irian.
f.       Makanan dan tingkah laku
Udang galah mempunyai sifat alami yang sama dengan udang lainnya, yakni aktif pada malah hari. Pada siang hari udang menyembunyikan diri di tempat yang teduh atau dalam lumpur. Namun bila keadaan siang hari tidak terlalu terik, udang galah akan aktif mencari makan. Makanan udang ada


bermacam-macam, antara lain : crustaceae rendah, siput-siput kecil, cacing-cacing, larva serangga, sisa-sisa bahan organik baik tumbuhan maupun hewan. Sifat ini disebut  omnivorus”. 
2.2.2    Cara Membudidayakan Udang Galah
a.    Penyediaan Benih
Penyediaan benih udang galah dapat didapat dari alami dan dari panti pembenihan udang galah.
1)   Penyediaan Benih dari Alam
Penangkapan benih udang galah dapat dilakukan di sungai-sungai atau muara-muara / laut sesuai dengan daur hidupnya. Benih udang galah yang terdapat di alam biasanya berukuran 3-11 cm. Benih udang galah yang terdapat di alam merupakan benih unggul yang dapat digunakan untuk penebaran di kolam-kolam.
2)      Cara Penangkapan
Udang galah menempati daerah pasar perairan dan biasanya merayap jika mencari makan. Dari sifat tersebut udang dapat ditangkap dengan alat : bubu, jala tebar, pancing, prayar, sodo dan seser. Penangkapan dilakukan pada malam hari bertepatan dengan aktifnya udang. Udang-udang kecil senang berlindung di daerah tepian (lubang atau ranting-ranting pohon).
Untuk mendapatkan hasil yang baik, penangkapan itu sebaiknya dibantu dengan menaburkan makanan pada rumpon. Bila dibantu dengan rumpon dan makanan maka alat yang tepat adalah seser dengan waktu penangkapan malam hari.
3)      Penampungan
Benih udang galah yang terkumpul di tampung dalam bak-bak plastik. Bak plastik dapat dibuat dengan menyusun dinding bata setinggi 50 cm. Bentuknya balok dengan ukuran luas dasar 3 x 1 m. Di dalam dinding bata tersebut kemudian dipasangi lembaran plastik, untuk menampung air. Di sekeliling dinding bata tersebut diberi patok-patok bambu atau kayu.
Bak di isi air tawar setinggi 40 cm dan beberapa ranting kecil yang berdaun. Air harus mengalir atau harus sering diganti. Apabila tidak ada air yang mengalir, kita dapat memanfaatkan beberapa gentong, drum, atau tong, sebagai wadah tandon air. Tiap-tiap wadah dihubungkan satu sama lain dengan slang atau pipa. Wadah tersebut diberi pipa pengeluaran air di bagian bawahnya. Air yang keluar dari pipa ini harus dapat mengalir masuk ke dalam bata.
Agar air di dalam bak bata tidak meluap, maka bak harus diberi slang pengeluaran air, yang besarnya sama dengan pipa pemasukannya. Ujung slang yang berada di dalam bak diberi saringan kasa plastik atau nilon. Ujung pipa lainnya yang berada di luar bak harus lebih rendah dari dasar bak. Dengan adanya pergantian air tersebut, maka benih-benih udang galah tidak akan mati kekurangan zat asam.
Di dalam bak plastik tersebut, dapat diisi benih sebanyak 2000 -3000 ekor yang ukurannya 5 cm. Selama ditampung, udang galah diberi makanan. Misalnya cincangan daging, daging siput, daging bekicot, umbi ketela rambat, makanan anak ayam, dan pelet. Kotoran udang galah yang mengendap di dasar bak disedot keluar dengan slang plastik.
Bak perlu ditutup kere bambu kedap, agar benih tidak meloncat keluar. Selain itu bak juga harus ditaruh di tempat yang teduh, aman, dan tidak gaduh.
4)      Pengangkutan
Setelah benih terkumpul, benih udang galuh diangkut dengan wadah plastik bervolume 60 liter. Wadah tersebut diberi 5 buah sekatan yang disusun bertumpuk dari bawah ke atas. Dibagian paling atas diberi tutup. Sekatan dan tutup tersebut terbuat dari bahan kain kelambu yang diberi kerangka kawat besar.


Wadah di isi air hingga 2/3 bagian. Benih dimasukkan diatas tiap-tiap sekatan. Setiap sekatan dapat memuat 500 - 1000 ekor. Air di dalam wadah pengangkut di aerasi, dengan menggunakan aerator baterai yang berisi 2 buah baterai. Aerator adalah pompa hawa kecil yang sering dipakai untuk memberikan udara dalam akuarium.
Aeratornya diberi saluran hawa berupa slang plastik kecil. Slang dimasukkan dalam wadah hingga sampai ke dasarnya. Ujung slang di dasar wadah diberi batu aerasi, agar gelembung-gelembung udara yang keluar kecil-kecil dan tersebar merata dengan baik.
Sebaiknya benih diangkut pada waktu pagi, sore atau malam hari. Jika suhu air di dalam wadah pengangkut meningkat, diatas tutup wadah plastik tersebut diberi potongan-potongan es atau air di dalam wadah diganti dengan air yang lebih bersih dan sejuk.
5)        Pembenihan dari Panti Pembenihan
Pembenihan udang galah diawali oleh S.W. Ling dalam tahun 1959 di Glugor, Malaysia. Pada tahun 1964, T. Fujimura dari Hawaii mendatangkan induk-induk udang galah dari Malaysia. Dia melakukan percobaan-percobaan, yang berhasil dengan baik.
Di Indonesia percobaan pembenihan udang galah dimulai sejak tahun 1964. Akan tetapi belum dapat berhasil. Percobaan yang berhasil untuk pertama kalinya dilakukan di Lembaga Penelitian Perikanan Darat Cabang Pasar Minggu (Jakarta) pada tahun 1973. Teknik yang diterapkan adalah teknik yang telah berkembang di Hawaii, yaitu dengan menggunakan bak persegi panjang dan air hijau.
Sejak tahun 1975 telah dihasilkan benih secara massal. Sejak itu, mulai dibangun balai-balai benih udang galah di Indonesia. Pada tahun 1975 berdiri Balai Benih Udang Galah di Adiraja (Jawa Tengah) dan Pusat Pembenihan Udang di Probolinggo (Jawa Timur). Tahun 1980, berdiri Balai Benih Udang Galah di Prigi (Jawa Timur) dan Balai Benih di Pangandaran (Jawa Barat). Tahun 1981, berdiri Balai Benih Udang Galah di Tuban (Jawa Timur). Dan tahun 1982, berdiri Balai Benih Udang Galah di Bali.
Disamping pengembangan teknik pembenihan model Hawaii, Lembaga penelitian Perikanan Darat juga mulai mengembangkan teknik lain, yaitu dengan menggunakan bak-bak berbentuk kerucut dan air jernih.
Saat membutuhkan benih, konsumen dapat menghubungi salah satu panti pembenihan yang ada. Benih udang galah yang tersedia di panti pembenihan berupa benih halus ukuran sekitar 1 cm. Benih akan diwadahi kantong plastik dan dibungkus dengan dus karton, para konsumen tinggal membawanya saja.
b.      Pembesaran di Tempat Pemukiman
1)   Transito di Kolam Ipukan
Fungsi utama kolam ipukan adalah sebagai tempat persemaian benih udang sebelum mampu ditebar dalam kolam. Kolam ipukan dapat dibuat sendiri dengan luas tergantung pada jumlah yang diperlukan untuk penebaran di dalam kolam pembesaran. Padat penebaran di kolam ipukan berkisar 100 – 300 ekor/10m2 .
Sebelum ditebari benih, tanah dasar kolam perlu diolah dan diratakan. Kemudian dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 1 kg/10 m2. Setelah itu diberi pelindung yang terdiri dari ranting-ranting pohon, bambu, atau daun kelapa. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Sebelum benih dilepaskan, benih perlu di adaptasikan terlebih dahulu.
Setelah dua minggu, kolam ipukan dipupuk kembali. Selain dipupuk, benih juga diberi makanan tambahan. Makanan tambahan itu diberikan secara merata di seluruh dasar kolam. Makan tambahan yang diberikan juga harus tenggelam dalam air, tidak membusuk dalam jangka waktu 10 jam, berbentuk remah yang tak mudah hancur dalam air, dan berprotein tinggi (lebih dari 20%).


2)      Persiapan Lahan dan Lingkungan
Pertama, kolam dikeringkan dan tanah dasarnya dibiarkan terjemur dibawah sinar matahari. Selain dikeringkan, perlu juga adanya perbaikan pematang, penutupan bocoran, perbaikan saluran tengah dan saluran keliling, dan perataan tanah dasar. Pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasangi saringan kawat kasa nyamuk.
Setelah tanah dasar dikeringkan selama 15 hari, kolam di isi air setinggi 15 cm diatas plataran. Untuk menjaga adanya benih ikan liar dan ikan buas, maka dilakukan peracunan dengan akar tuba (Derris Eliiptica) dengan takaran 5 kg/ha pada kedalaman air rata-rata 15 cm.
Setelah peracunan hama, air kolam dibiarkan menggenang dan menguap selama 7-15 hari. Setelah itu, kolam dicuci dan diganti dengan air baru. Kemudian, taburkan pupuk sebagai pemupukan dasar. Jenis pupuk dan takarannya adalah sebagai berikut : pupuk kandang 1-2 ton/ha, urea 5-10 kg/ha, TSP 10-20 kg/ha, dan kapur pohor 100-200 kg/ha.
Setelah selesai pemupukan, air dibiarkan menggenang dan menguap selama 7 hari. Kolam perlu diberi rumpon berupa daun kelapa, daun nipah, ranting bambu, waring plastik, dll.
3)      Jumlah Penghuni yang Memadai
Pemeliharaan udang galah dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara monokultur, yaitu khusus udang galah. Kedua dengan cara polikultur, yaitu campuran dengan jenis ikan lain. Jenis ikan yang digunakan adalah jenis ikan pemakan tumbuhan atau planktos seperti ikan tawes, nilem, tambakan, sepat siam dan mola.
a)      Pemeliharaan Khusus Udang Galah
Benih udang galah ditebar setelah kolam selesai disiapkan dan telah di isi air sedalam 20 cm. Jumlah penebarannya sekitar 20.000 ekor/ha. Ukuran benihnya antara 2-5 cm dengan berat 0,2 g – 0, 5 g.


b)      Pemeliharaan Campuran bersama Ikan
Padat penebaran benih udang sekitar 20.000 ekor/ha dengan ukuran benih antara 2-5 cm. Penebaran benih udang galah dilakukan terlebih dahulu. Penebaran benih jenis ikan lain dilakukan setelah dua minggu sampai satu bulan penebaran benih udang galah. Padat penebaran jenis ikan lain sekitar 10.000 ekor/ha dengan ukuran benih 3-8 cm.
4)      Kesehatan Lingkungan dan Keamanan
Setelah benih ditebarkan, air diatas pelataran dibiarkan sedalam 20 cm selama 5 hari. Kemudian baru ditinggikan hingga sedalam 30 cm. Selanjutnya air ditinggikan secara berangsur-angsur, sehingga selama masa pemeliharann kedalamannya berkisar antara 40-60 cm. Selama masa pemeliharaan, perlu ada penggantian air yang lumintu.
Selain usaha untuk menjaga kesehatan lingkungan, usaha untuk menjaga keselamatan juga perlu dilakukan. Terutama penjagaan terhadap hewan penggangu seperti ular air, ketam, burung, welingsang, ikan buas dan ikan liar.
5)      Bantuan Pangan dari Luar
Pemupukan ulang dilakukan setiap dua minggu sekali atau setiap sebulan sekali. Pupuk yang digunakan sama dengan pupuk dasar namun dengan takaran separuh dari pupuk dasar.
Selain pemupukan ulang, bantuan pangan dari luar mulai dibutuhkan setelah pemeliharaan berlangsung selama tiga bulan. Bantuan pangan dari luar bisa berupa bahan sisa baik yang berasal dari rumbuhan maupun hewan. Misalnya dedak, bungkil, ampas makanan, sisa pemotongan ternak, sisa pengolahan ikan, daging bekicot, cincangan siput, cacing tanah, dll. Namun dapat juga berupa Pelet.


2.2.3   Proses Panen Udang Galah
Panen  udang galah dapat dilakukan setelah pemeliharaan berlangsung selama 5 – 6 bulan, ada dua macam cara panen yaitu panen sebagian demi sebagian dan panen total. Panen sebagian demi sebagian udang tidak dipanen seluruhnya sekaligus melainkan hanya di pilih yang sudah besar saja. Panen total berarti udang ditangkap seluruhnya, baik besar maupun kecil.
a.       Ditangkap basah
Baik pada panen sebagian demi sebagian maupun pada panen total udang galah harus ditangkap dalam keadaan hidup dan segar bugar.
Untuk penangkapan sebagian demi sebagian, biasanya menggunakan alat tangkap jaring insang. Jaring tersebut di rentangkan selebar kolam, kemudian ditarik dari satu sisi kolam ke sisi lainnya. Ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran udang yang sudah besar.
Untuk penangkapan total, dilakukan dengan pengesatan kolam. Malam menjelang hari penangkapan, air kolam di keluarkan perlahan – lahan. Selanjutnya penangkapan dimulai pada pukul 5 pagi. Alat yang di pakai dapat berupa seser, serok, pecak, maupun tangan kosong.
Hasil tangkapan di tampung di dalam keranjang atau ember yang di beri tutup. Selama penangkapan berlangsung harus ada aliran air yang masuk ke dalam kolam. Hal ini  berguna untuk mencegah udang  galah mati kekurangan zat asam untuk bernafas.
b.      Hasil panen udang galah
1.      Pemeliharaan udang tunggal
Misal menebar benih yang  ditebar sebanyak 20.000 ekor/ha. Dalam waktu pemeliharaan 5  bulan, kematiannya sekitar 50% dengan berat rata-rata 35 g/ekor, maka hasil panen kita adalah 50% X 20.000 X 35 g = 350.000 g/ha atau 350 kg/ha.
2.      Pemeliharaan campuran udang dan tawes
Benih yang kita tebarkan semula 20.000 ekor/ha. Kematian selama 5 bulan pemeliharaan  sekitar 50%. Karena dicampur ikan, maka berat udang rata-rata hanya 25 g/ekor. Jumlah berat udang  seluruhnya adalah 50% X 20.000 X 25 g = 250.000 g/ha, atau sama dengan 250 kg/ha.
Benih tawes yang kita tebarkan 10.000 ekor/ha. Selama masa pemeliharaan 5 bulan, kematian sekitar 20%, dengan berat  rata-rata sekitar 70 g/ekor. Maka jumlah berat panen ikan kita adalah 80% X 10.000  X 70  g = 560.000 g/ha, atau sama dengan 560 kg/ha.
2.2.4 Permasalahan Umum dalam Masyarakat Pembudidaya Udang Galah
Menurut situs warintek.bantulkab.go.id, ada beberapa kendala didalam usaha budidaya udang galah, diantaranya adalah :
1)      Penguasaan dan aplikasi teknologi budidaya oleh masyarakat pembudidaya udang galah masih lemah;
2)      Inovasi atau proses alih teknologi lambat;
3)      SDM terampil terbatas;
4)      Ketersediaan benih udang galah konsumsi di suatu wilayah pada umumnya masih banyak didatangkan dari luar daerah akibatnya biaya transportasi dan mortalitas selama pengangkutan menambah beban cost produksi;
5)      Harga pakan pabrik di pasaran relatif mahal dan cenderung naik hingga tak seimbang dengan pendapatan petani;
6)      Pengelolaan usaha budidaya udang galah oleh petani kebanyakan masih tradisional dan bersifat sambilan;
7)      Pemasaran hasil produksi masih sering mengalami kesulitan karena pada umumnya belum terbentuk jaringan pasar yang jelas;
8)      Pengembangan budidaya udang galah air tawar pada umumnya belum terkonsentrasi, mengakibatkan beberapa kesulitan: transfer teknologi, penanganan pasca panen dan pemasaran.


2.2.5   Prospek dan Peluang Pasar Udang Galah
Peluang pasar udang galah masih terbuka luas baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk pasar lokal, permintaan datang terutama dari wilayah Bali, Jakarta, Batam, dan Surabaya. Sementara pasar udang galah di luar negeri telah terbentuk di Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Scotlandia, Inggris, Belanda, Selandia Baru, dan Australia.






















BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari budidaya udang galah di air tawar adalah sebagai berikut:
Udang  Galah merupakan jenis hewan perairan yang termasuk dalam familia palaemonidae yang hidup di air tawar. Udang galah juga mempunyai sifat omnivorus. Pemeliharaan udang galah di kolam juga merupakan kelanjutan usaha pemeliharaan larva di hatchery. Udang Galah dapat pula di jadikan sebagai makanan  yang di gemari di mana-mana  yang baunya tidak sedap yang biasa disebut dengan terasi, yang pembuatannya adalah melalui proses pemeraman. Udang Galah juga dapat menempati dua habitat yang berbeda yakni payau dan tawar yang biasanya menempati daerah dasar perairan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan mengenai makalah budidaya udang galah di air tawar adalah sebagai berikut:
Jika ingin membudidaya Udang Galah seharusnya diantara perairan tawar dan perairan asin atau laut. Karena, udang galah memiliki dua habitat dengan  dua fase yang berbeda pula. Dalam hal memberi makan udang galah harus menenggelamkan makanan tersebut ke dalam air, upayakan agar makanan tidak membusuk dalam jangka waktu 10 jam, pakan yang diberikan harus berbentuk remah yang tak mudah hancur dalam air, pakan yang digunakan harus memiliki kadar protein yang tinggi. Dengan protein 20-23% cukup baik untuk pertumbuhan udang.





DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, Fredi.” Morfologi Udang Galah”. (Online)
Tersedia : http://fredi-morfologi-udang-galah/ ( 20 Oktober 2015)

Mudjiman, Ahmad. 1988. Budidaya Udang Galah. Jakarta : Penebar Swadaya.

Santoso, Imam. “Masalah Umum Dalam Budidaya Udang Galah”.  (Online)
Tersedia : http://warintek.bantulkab.go.id/ (20 Oktober 2015)

Soetarno. 1992. Budidaya Udang. Semarang : Aneka Ilmu.