Wednesday, December 16, 2015

Bertepuk sebelah tangan (lagi)

Perasaan itu kembali datang. Perasaan yang sudah tak asing lagi bagiku karena ia lagi dan lagi menghampiriku. Ya, perasaan itu adalah Cinta atau mungkin hanya sebatas perasaan suka. Ah entah akupun tak tahu, tapi yang pasti perasaan ini mulai menggangguku. Bayangannya selalu ada dalam anganku, dan jantungku berdegup kencang saat melihat matanya yang bahkan tak pernah melirikku sekalipun. Entah ini yang ke berapa kalinya aku mengalami peristiwa yang sama dengan orang yang sama. “Cinta bertepuk sebelah tangan pada seorang laki-laki yang manis, cerdas, sholeh dan tak banyak ulah”. Kenapa aku menyebut bahwa ini adalah cinta bertepuk sebelah tangan? Karena... aku tahu jika dia menyukai gadis lain dan gadis itu adalah temanku. Banyak tanya bahkan fikiran negatif yang muncul di benakku. Apakah karena parasku tak menawan? Apakah karena aku gendut? Apakah karena aku hitam? Apakah karena aku tidak lemah lembut? Apakah karena..???? ah, banyak sekali pertanyaan tanpa jawaban yang timbul semata-mata agar aku mengetahui apa penyebab kenapa cinta ini berakhir dengan bertepuk sebelah tangan. Namun, setelah aku berusaha melupakan dia. Berusaha untuk menormalkan kembali perasaanku, keadaan malah membuatku semakin dekat dengannya. Aku berulang kali terlibat dalam project yang sama dengannya. Tentulah, disana semakin banyak terjadi interaksi antara aku dengan dia. Sesekali kami pun bercanda dan saling bertukar tawa. Keadaan membawaku pada perasaan yang dulu sudah ku kubur. Rasa ini kembali, bahkan semakin menjadi. Aku menyukainya, sungguh. Bahkan tanpa sadar, aku sering memujinya di hadapan teman-temanku yang seringkali menimbulkan pertanyaan “apakah aku menyukainya?” aku selalu saja mengelak, dengan cepat aku mengganti topik pembicaraan hingga mereka lupa tentang pertanyaan perasaanku kepadanya. Aku sadar aku tak bisa terus berharap kepadanya karena hatinya pun sudah mengharapkan orang lain. Tapi apa dayaku, perasaan ini semakin tumbuh seiring semakin seringnya interaksi antara kami. Aku bingung, sungguh bingung. Perasaan ini semakin membawaku dalam angan kebahagiaan palsu yang diselimuti dengan nafsu. Akhirnya, ku kembalikan semuanya kepada Sang Maha Pemilik Cinta. Aku curahkan segala perasaanku tentangnya kepadaNya. Biarlah perasaan ini tumbuh tanpa satu orangpun yang mengetahuinya. Biarlah aku mencintai dalam ikhlas. Ikhlas atas semua keputusanNya. Meski keyakinanku berkata bahwa dia adalah yang terbaik, tapi mungkin saja menurut Sang Pencipta tidak. Mungkin ada sosok lain yang lebih baik yang disiapkanNya untukku di masa depan kelak. Aku hanya perlu menunggu sambil terus memperbaiki diri. Siapa dia? Aku pun tak tahu. Yang pasti dia adalah jodoh dunia akhiratku. Karena terkadang keyakinan itu tak sesuai dengan kenyataan, atau memang waktu yang menunggu untuk membuktikan. Meski aku tak tahu seberapa jauh jarak kami kini, tapi aku yakin kami selalu dekat dalam doa. “Sahabat, Jika saja perasaan ini tak berakhir dengan bertepuk sebelah tangan, mungkin aku akan kembali terjerumus dalam dosa karena pacaran. Aku akan kembali menomor sekiankan Dia karena aku terlalu sibuk pacaran, dan aku kembali lupa kepaNya. Aku bersyukur karena perasaan ini bertepuk sebelah tangan, berakhir dalam sebuah pengaduan kepadaNya yang membuatku ikhlas atas segala Ketentuannya. Alhamdullilah.. Untuk Sahabat pembaca yang mengalami hal yang sama dengan penulis, yuk kita mengadu sama Sang Maha Pemilik Cinta. Karena sesungguhnya, ia adalah sebaik-baiknya pembuat rencana. Ingat, mencintai dalam ikhlas bukan dalam diam karena kalau dalam diam nanti diam-diam nangis, diam-diam nyesek, dan diam-diam menyekiti diri sendiri. Jangan yaaa... ikhlaskan saja kepadaNya, dan semua akan berakhir bahagia😊” Tasikmalaya, 4 Desember 2015 With love, Mumut.

Untukmu Para Pejuang Mimpi

Di tengah perjalanan menggapai mimpi, kadang rasa lelah, malas, dan bosan menghampiri. Tapi, coba tengoklah ke belakang. Lihat! Sudah berapa jauh jalan yang kau tempuh, sudah berapa banyak perjuangan yang kau lakukan, dan sudah berapa banyak pengorbanan yang kau terima dari orang-orang terkasihmu. Lantas hanya karena rasa lelah, malas, dan bosan itu kau akan begitu saja menyerah dan berhenti bergerak? Jika iya, maka kau bodoh teramat bodoh. Hey! Bangun, sadarlah kau sudah sampai di titik ini. Apa kau tak tahu ada ribuan bahkan jutaan orang yang ingin di posisimu sekarang? Apa kau tak tahu ada jutaan orang yang kecewa karena impian mereka ternyata kau yang mendapatkannya? Lantas, kau yang sudah diberi kesempatan ini akan menyiakannya begitu saja? Kuharap tidak. Wahai Sang Pemimpi, teruslah berjuang, hingga semua mimpimu menjadi kenyataan. Lelah, malas, dan bosan mu itu hanya ujian kecil. Kelak kau akan menemui ujian yang teramat jauh lebih besar dan lebih sulit dari ini. Dan ketika masa itu menghampiri, tak perlulah kau takut, tak perlulah kau risau, kau hanya perlu semakin mendekat kepadaNya, serahkan segalanya kepadaNya, karena Dialah pemilik segalanya. Berjuanglah, jalanmu masih panjang Wahai Sang Pemimpi. “Salam hangat dari penulis untuk kalian semua sahabat pembaca yang juga sedang dalam proses meraih mimpi. Semangat! Jangan biarkan impian itu hanya menjadi mimpi selamanya tanpa pernah terwujud kenyataannya. Manjadda wa jada!” Tasikmalaya, 4 Desember 2015 With love, Mumut.

Saturday, May 2, 2015

Tentang Kita

Detak jantung ini seketika berhenti
Ketika kau mulai ungkapkan semuanya
Kata itu, Ungkapan itu
Tlah membawaku terbang, bersama melodi-melodi cinta

Kini ku tlah memilikimu
Kau pun telah memilikiku

Bersamamu ku merasa utuh
Bersamamu ku merasa berharga
Dan karnamu, ku merasa bahagia

Lewat sayap-sayap malaikat
Kutitipkan pesan ini padamu
Pesan untuk terus menyayangiku
Pesan untuk terus memilikimu
Dan pesan untuk terus bahagia bersamaku

Meski ku tahu,
Rasamu belum sepenuhnya untukku
Namun aku percaya,
Tuhan menakdirkan rasamu kan utuh padaku
Karena aku ada untukmu

Thursday, April 9, 2015

Wanita Terhebat

C = Do
C              C
Kau karunia tuhan
Am           G
Sang pembawa amanah
C              C
Kau taburkan cinta
Am           G
Kasih spanjang masa
C              C
Kau wanita hebat
Am           G
Pelindung bagi setiap insan
C              C
Kau bagai matahari
Em            C
Sumber kehidupan
Reff :
C                      F
Kau adalah wanita terhebat
G              C
Mengasihi tanpa pamrih
C                      F
Tanpa lelah kau mengabdikan diri
C              G              C

Karena kau memang wanita terhebat 

Tuesday, January 27, 2015

Mengejar Cinta Sampai Bogor

“Riz.. Riz.. Rizkaaaaa.........” Panggil salah satu temanku yang berambut keriting
Aku hanya diam. Memperhatikan seseorang.
“Heh ! Apa kau menderita gangguan telinga? Daritadi aku panggil kau tak mendengar sama sekali./ Heh Rizka ! Ujarnya sebal.
“Eh.. (tersadar dari lamunan) kau tadi memanggilku? Maaf yaa..”
“Lagi ngeliatin apa sih? “ Tanyanya sambil melihat ke sekelilingku.
Dengan sigap aku langsung menarik tangannya, megajak pergi. Gawat jika dia mengetahui aku sedang memperhatikan seseorang.
Aku memang sering memperhatikan seseorang. Dia adalah kakak kelasku. Aku duduk di Kelas XI SMA sedangkan dia duduk di kelas XII SMA. Dia itu termasuk kakak idola di sekolahku. Berbadan tinggi, berkulit putih, Ketua Rohis yang dikenal sholeh, Juara umum berturut-turut, Juara Olimpiade Fisika, ditambah dengan kacamata putih yang terpakai dimatanya, semakin melayakkan dia menjadi Idola di Sekolah kami.
Bagi orang awam mungkin aku bisa dikategorikan orang tidak tahu diri karena menyukai dia. Aku berbadan gempal, pendek dan berkulit hitam. Aku juga bukan siswa yang bergelimang prestasi. Aku menyukai dia saat pertama masuk SMA. Dia adalah orang yang memberi sambutan untuk kami para siswa baru. Dia adalah Ketua OSIS SMA kami. Dia adalah Kusuma Diningrat. Kakak Pujaanku, Objek perhatianku.
Fatimah masih saja kepo tentang siapa yang aku lihat.
“Ayo dong Riz.. Tadi kamu ngeliatin siapa? Rizkaaaaaaaaaaaaaaaa...............” Seru Fatimah sambil terus menarik tanganku.
“Ih apa sih.. Aku gak ngeliatin siapa-siapa. Tadi aku udah bilang kan, aku lagi ngelamun makanya aku gak denger. Ga percayaan banget sih. Kamu kan....”
“Brukk”. Aku menaabrak seseorang didepanku. Ini semua karena aku jalan mundur selama aku memberi penjelasa kepada Fatimah.
“Ma.. ma.. maaff” aku segera merapihkan buku-buku yang jatuh berantakan.
Dan ........................ ternyata orang yang kutabrak adalah Ka Kusuma, idolaku.
“Iya gapapa. Lain kali hati-hati ya...” Sahut Ka Kusuma sambil tersenyum. Ia mengambil buku yang ada ditanganku kemudian berlalu pergi.
Aku terpaku diam. Rasanya saat ini aku ingin terbang ke angkasa. Teriak sekencang-kencangnya.... Gila, hari ini aku si gadis bertubuh gempal diberi senyuman manis oleh Kakak Idolanya. Aaaaaaaaaaa.......
Aku benar-benar diam. Terpaku. Membereskan fikiranku yang sudah tak karuan.
“Ohhhh... Jadi itu orangnya. Cieeeeeeeeeeeeeee...... Rizka suka sama Ka..... Ciee.. Cie.. Ciee... Rizka suka sama Ka....”
“ssstttt.. diam! Kalau dia sampai tahu bisa gawat...”
“Ciee... Mukanya merah ciee... Kaaaaaaa....”
“Fatimaaaahhhhhhhhhh..............” Aku berlari mengajar Fatimah yang semakin senang meledekku.
Saking asyiknya, kami baru sadar jika kami sudah sampai dijalan pulang. Kami berpisah. Fatimah naik Angkot jurusan Cikampek dan aku naik Angkot jurusan Karawang.
“Dahhh Kaa.....” Seru Fatimah masih saja meledekku
“Fatimahhhh..” Balasku sambil memelototinya”
Aku naik ke Angkot. Daaannnnnn...................
“Eh, ketemu lagi” Sapa Ka Kusuma kepadaku
“Hehe.. iya ka” jawabku singkat
“Rizka ya?”
“hah? Oh? Eh? Iya ka..” Jawabku gugup
“Ya Allah, dia tahu namaku.... Sorakku dalam hati
“Btw, kamu kelas apa dek?”
“Kelas IPA 2 ka, Kakak kelas IPA  4 ya?”
“Iya. Wih bentar lagi berarti kamu mau jadi Kakak tertua di Sekolah dong. Jadi anak kelas 3, yang dikenal dengan sebutan senior. Haha” Guraunya
Ah, aku hampir tak sadarkan diri ketika aku melihat tawanya. Manisnyaaaaaa......
“Kakak juga bentar lagi mau mengahadapi dunia baru. Dunia perkuliahan. Aku yakin kakak pasti bisa jjadi Mahasiswa terbaik Se Indonesia. “ Balasku menimpali
“Aamiin.. Makasih dek. Eh, kiri.. kiri bang.. duluan ya dek” (Tersenyum simpul)
Ah, sebenarnya aku masih ingi ngobrol banyak dengan dia. Tapi apa mau dikata, waktu harus mentudahinya.
Karena kejadian tabrakan itu, tak disangka aku semakindekat dengan Ka Kusuma. Tepatnya aku mendekatinya. Hehe. Saling sapa, saling senyum, saling ngobrol, dan saling berbagi canda tawa. Kami biasanya membuat janji untuk bertemu di sebuah tempat. Misalnya, Perpustakaan, Mushola atau Taman sekolah. Sebetulnya aku yang lebih sering mengajaknya bertemu, aku akan beralasan minta ajarkan soal Fisika, Nanya PR atau alasan-alasan lainnya. Memalukan memang, tapi tak apa namanya juga usaha. Sayang kebersamaan kami itu tak bisa berlangsung lama. Aku hanya bisa dekat denganya dalam kurun waktu 3 bulan saja.
UN. Iya UN. Itu adalah pertanda aku tidak bisa melihat Ka Kusuma lagi. Aku sedih bukan main. Aku benar-benar tak bisa membayangkan jika aku tak melihat Ka Kusuma. Jujur, aku rajin belajar pun karena dia. Hmm.. ya semacam usaha agar dia tertarik kepadaku. Karena perasaan yang tak terbendung itu, aku menulis sebuah surat. Ada 99 surat yang aku tuli lalu aku buang. Surat-surat itu ada yang berisi tentang perasaanku, nanya tentang fisika, ungakapan betapa aku menyukainya, namun surat yang aku kirimkan ke Ka Kusuma hanya berisi
“Congratulations for your graduate. Mau lanjut kuliah kemana?” aku mengirimkan surat itu saat perpisahan kelas XII. Jujur hatiku teramat sakit saat memberikannya.
Esoknya Ka Kusuma membalas suratku...
“Thank’s de J IPB Jurusan Statistika. Nyusul ya!”
“Darrr..” hatiku teramattttttttttt senang. Balasan surat itu, kupajang didinding kamarku. Bak mantra ajaib, balasan surat dari Ka Kusuma mampu mengubahku 180o . aku mulai rajin berolahraga agar tubuhku kurus, lebih memperhatikan kecantikan, dan tentunya belajar keras. Hanya satu tujuanku “Masuk IPB. Ketemu lagi Ka Kusuma”. Masa-masa kelas XII terlewati, usaha kerasku yang meminimalkan waktu tidur dan memaksimalkan waktu belajar tak sia-sia. Aku diterima di IPB jurusan Ilmu Komputer. Beda jurusan memang, tapi yang penting masih 1 universitas.
“Cieee... selamat ya Rizz.. Akhirnya tujuanmu mengejar cinta sampai Bogor tercapai. Tau ga sih Riz, aku itu hampir setengah gila ngeliat kamu yang hanya belajaaaarrrrrrr ajaaaa.. Bener-bener gila tau..” Ujar Fatimah sambil tertawa.
Fatimah memelukku erat. Dia memang sahabat terbaikku.
Aku pergi ke Bogor dengan menggunakan kereta. Keluargaku hanya mengantarku sampai stasiun Cikampek. So, aku terpaksa pergi ke Bogor sendiri. Karena aku belum tahu Bogor, aku putuskan untuk meminta Ka Kusuma menjemputku di Stasiun Bogor. Dan dia mau. Senang, Benar benar senang. Sepanjang perjalanan aku hanya memikirkan Ka Kusuma.
Kereta sampai ditujuan. Aku melihat ke sekeliling mencari Ka Kusuma. Aku melihatnya, tapi ia tak sendiri.
“Rizkaaaa” Panggil Ka Kusuma sambil melambaikan tangannya kepadaku
Aku menghampirinya dengan wajah murung.
“Sepertinya perjalanmu sangat melelahkan ya Riz? Sampai-sampai.. wajahmu kusut seperti itu...” Ia tertawa lebar
“Ga ko, biasa aja” Jawabku ketus
“Uuuu.. marah ya? Oh iya kenalin Ini Kharunnisa. Panggil aja Nisa. Soalnya dia itu sebenarnya seumuran sama kau, cuman karena dia manusia yang terlalu rajin jadi dia lulus SMA duluan. Dia juga sekarang sedang menempuh pendidikan di Pesantren. Mau jadi .... Guru Pesantren” Ka Kusuma memperkenalkan gadis disebelahnya itu dengan sangat bahagia. Nampaknya, mereka sudah sangat dekat.
“Siapa sih cewe ini? Ko ka Kusuma kenal banget sama dia? Sok ngajak bercanda bareng lagi” Kataku dalam hati.
“Hallo Nisa, Aku Rizka. Salam kenal” Meski tak suka aku tetap menyapanya.
Gadis di depanku itu gadis yang teramat cantik. Berkerudung panjang, berkulit putih, mungil dan senyumannya manis sekali. Aku? Aku memang sudah menjadi lebih cantik tapi jika dibandingkan dengan dia.... ah sudahlah tak perlu dibahas.
Ka Kusuma mengajakku pergi. Bukan, sebenarnya dia hanya menyuruhku jalan sedangkan dia lebih asyik ngobrol dan bercandan dengan Nisa. Saling cubit, saling menggelitiki, mereka terlihat sangat mesra. Aku sebal melihatnya.
Aku putus asa. Harapan, bayangan dan impian tentang Ka Kusuma musnah sudah. Kegalauanku itu membuat sebuah kegilaan. Aku mengatakannya........
“Ka...” Panggilku
Ka Kusuma dan Nisa berhenti melangkah.
“Apa selama ini kakak ga pernah sadar jika aku menyukai kakak? 3 tahun sudah aku memendam perasaan ini ka. Semua perhatianku itu semua karena aku suka kakak. Aku usaha keras untuk memperbaiki diri, itu semua buat kakak. Belajar keras. Masuk IPB, semuanya tuh gara-gara aku suka sama kakak. Aku selalu berusaha menarik perhatian kakak, dari dulu ka dari SMA.. tapi apa? Bahkan kakak pun sama sekali ga menyadari itu. Hikss.. hikss.. Maaf, kalau aku mengganggu kakak dengan pengakuanku ini. Aku tahu kakan gak akan pernah membalas perasaanku ini. Kakak kan sekarang udah gak sendiri. Niss.. maafin aku ya. Aku udah mengatakan hal seperti ini kepada pacarmu. Maafff...” Aku menagis, tak peduli apa respon mereka berdua. Tak pedulia semua orang di stasun yang melihatku aneh. Masa bodoh. Yang aku tahu saat ini, hatiku hancur. Sakit, sakit teramat sakit.
“Heh Rizka.. Apa kamu tak pernah belajar agama?” Seru Ka Kusuma dari kejauhan
Aku terhenti. Degg. Apa Ka Kusuma benar-benar marah. Dasar bodoh, seruku terhadap diri sendiri.
“Bukankah di dalam pelajaran Agama diajarkan bahwa saudara kandung tidak boleh menjalin hubungan cinta. Haram Riz hukumnya, masa gitu aja ga tau sih. Nisa itu adik kakak, mana bisa kakak pacaran sama dia” Ka Kusuma mengatakannya setengah berteriak.
Para pengunjung memperhatikan kami dengan tatapan aneh, kepo, dan lain sebagainya..
Aku sangat malu, hingga aku tak bisa bergerak.
Ka Kusuma dan Nisa menghampiriku
“Ma.. Ma.. maaf” aku tertunduk dalam.
Ka Kusuma tertawa lebar.
Aku menangis. Malu bercampur sedih dan lega. Tawa Ka Kusuma terhenti karena melihatku menangis
“Hey Rizka, lain kali jangan sok tahu. Siapa bilang kakak  gak akan bisa bales perasaan kamu. Kakak bisa ko. Bahkan dari dulu Kakak sudah membalas perasaan kamu” Jelas Ka Kusuma
“Apa?” Aku pura-pura tak mengerti
“Yaampun mahasiswa IPB masa ga ngerti. Iya kakak juga suka sama kamu. Kakak mulai tertarik sama kamu sejak ngeliat muka bersalah kamu saat nabrak kakak. Terus, kamu adalah alasan kenapa kakak bisa kuliah. Kamu inget kan, dulu kamu pernah bilang jika kakak jadi mahasiswa kakak bakal jadi mahasiswa terbaik. Kata-kata itu yang memotivasi kakak untuk kuliah, padahal saat itu kakak benar-benar putus asa. Orang tua kakak ga punya biaya untuk menguliahkan kakak, tapi karena kata-kata ajaib kamu itu akhirnya kakak terussss berjuang hingga kakak dapet beasiswa dan bisa kuliah seperti sekarang ini. Hmm.. selain itu kamu itu satu-satunya cewe yang ga caper saat melihat kakak. Kamu tampil apa adanya. Mau berantakan, kucel, semuanya itu apa adanya. Kamu ga pernah menawarkan kebaikan palsu semuanya asli dirimu. Apa adanya” Ungkap Ka Kusuma
“Iya Riz, bahkan tiap malam Ka Kusuma menelponku hanya untuk bercerita tentang kamu. Katanya dia itu rindu setengah abad.. haha” Nisa menambahi
Ya Allah rasanya ingin sekali aku menghambur memeluknya. Aku semakin berlinang air mata. Terharu bahagia.
“Lho, ko malah nangis?” Tanya Ka Kusuma
“Apa? Orang aku nangis bahagia ko..” Jelasku
“Tapi maaf ya Riz, kakak ga bisa jadi pacar kamu. Kakak mencintaimu karena itu kakak akan slalu menjaga mu hingga sampai waktunya nanti kamu halal bagi kakak. Sebelum itu terjadi, lebih baik kita tidak sering bertemu karena itu hanya akan menimbulkan nafsu belaka. Serahkanlah cinta kita ini pada Sang Maha Pemberi Cinta. Lebih baik kita mencintai dalam doa. Biar Allah yang menjaga cinta kita ini. Kita hanya perlu saling mendoakan. Kakak akan slalu berdoa agar kamu menjadi jodoh terbaik kakak, dan kamu pun demikian kita saling memantaskan diri masing-masing agar menjadi pantas untuk dicintai. Hingga waktunya nanti, kakak tidak hanya akan mengucapkan ucapan-ucapan gombal kepadamu tapi kakak akan mengucap janji untuk hidup bersamamu. Insyaallah dek, semoga Allah meridhai.”
“Ayo ! sebagai mahasiswa baru kamu harus siap-siap buat menghadapi ospek dari kakak senior” Ka Kusuma mengakhiri pembicaraan

Kami bertiga meneruskan perjalanan. Bagiku, ini benar-benar hidup yang baru. Akhirnya usahaku untuk mengejar cinta sampai Bogor tak sia-sia..... J