Aku mencintaimu.
Lantas kenapa harapku tentangmu “bagai pungguk
merindukan bulan?” namun, salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?
...
Ciri-Ciri Pungguk :
1. Gendut
2. Pendek
3. Jelek
4. Culun
5. Kuper
Ciri-Ciri Bulan :
1. Ganteng
2. Tinggi
3. Fashionable
4. Anak konglomerat
5. Vokalis
6. Kapten tim basket
7. Ketua OSIS
8. Punya banyak fans
Aku terlalu mencintainya, hingga aku lupa
jika untuk mencintainya aku harus merasakan sakit yang tak terkira. Ia kakak
kelasku, aku mencintainya sejak pertama kali aku mengenal apa itu cinta.
“Upacara
telah selesai. Pengumuman.. Pengumuman..”
Ibu Ratih, Kepala Sekolah
SMA Pelita Jaya naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pengumuman.
“Perhatian
semuanya, Assalamualaikum WR.Wb. Hari ini, ibu akan menyampaikan informasi
tent’ang siswa dan siswi yang erhasil menjadi perwakilan sekolah di ajang OSN
tingkat Jawa Barat.
Untuk mata pelajaran
Fisika : Galih Gunawan Diningrat XII IPA 1, Hana Ratu Salsaila XI IPA 2. Dan
mata pelajaran selanjutnya ..................
Untuk nama-nama yang ibu
sebut, setelah pulang sekolah ibu tunggu di ruangan ibu. Terimakasih,
wassalamualaikum”
“Han, Kamu
lolos. Kamu jadi wakil sekolah han. Hebaaattttt ....” Seru Ajeng sahabatku.
“Iya,
Alhamdullilah. Yuk masuk kelas”
Sepulang sekolah, aku
segera menuju ruangan kepala sekolah, namun ada hal aneh kali ini. Sepanjang
perjalanan, aku terus dipandangi dengan pandangan mematikan oleh cewek-cewek
sekolah ini.
“Oh ini yang
jadi pasangan Galih di OSN, baek-baek ya neng jangan kegatelan”
“Belajar aja
ga perlu genit ya neng”
“Kenapa
harus dia sih? Kenapa ga gue aja. Dilihat dari sisi apapun dia tuh ga pantes
tahu ga sepasang sama Galih di OSN”
“Apaan sih
mereka, ngomel ga jelas. Kenal Galih aja engga” gerutuku dalam hati.
Aku mempercepat langkahku,
karena aku takut jika mereka akan semakin menjadi.
“Hey Kamu !
Kamu yang lagi jalan, kamu Hana kan? Ke ruang kepseknya bareng dong ! “Sahut
Kak Galih dari arah belakang.
“Mampus. Aku
yakin kalo gini aku bisa jadi mangsa buat cewek-cewek itu”
Tanpa menghiraukan
panggilannya, langkahku semakin ku percepat.
Tapi ...... Deg, seseorang
memegang tanganku, dan dia....
“Selow atuh
selow. Bu Ratih juga ga akal marah kalo kita ampe telat. Yuk bareng!”
Aku hanya diam. Dia terus
memegang tanganku hingga kami sampai di ruangan Kepsek. Hatiku panas, Jantungku
erdegup kencang, fikiranku tak karuan, dan gejala-gejala lain yang tak
terdefinisikan.
“Han.. Hana..
Kamu ngerti kan apa yang Ibu sampaikan tadi?”
“Hah? Apa
bu?”
“Heeehhh....
Hana.. Ka..”
“Eh, tenang
bu. Walaupun dia ga ngerti, saya bisa bantu ngejelasin. Iya kan Hana?” tanya
Kak Galih
“I.. Iya”
“Baiklah,
sekarang kalian boleh pulang”
“Eh, rumahmu
dimana?” Tanya Kak Galih.
Aku terus
berjalan tanpa menanggapi.
“Kalo No
Telp. Berapa?”
“Pin BBM
punya ga?”
“Id Fb kamu
apa?”
“Atau IG aja
deh, ntar aku follow”
“Ih apaan
sih, berisik tau ga?” sahutku.
“Hah?
Berisik. Gila ini pertama kalinya gue dibilang berisik sama cewek. Lo gak kenal
gue?”
“Enggak”
“Apa?
Beneran lu ga kenal. Gue kan ketua OSIS, Kapten tim bas..”
“Ga peduli”
“Hah?”
“Iya aku ga
peduli. Sekarang aku cuman minta kakak buat jauh-jauh dari aku. Apa kakak ga
sadar, dari tadi banyak pandangan dari fans-fans kakak yang mengancamku”
“Hahaha...
oh jadi gara-gara itu. Santai aja kali”
“Bodo
amatlah”
Aku berjalan cepat,
kulihat kak Galih pun sudah berhenti mengikutiku. Tapi...
“Dasar cewek
sok kecakepan. Lo fikir lo cantik? Body kayak kebo aja belagu”
“Ngaca,
punya kaca ga sih nih anak”
Aku tak memperdulikan
mereka, aku hanya terus berjalan. Namun, ketika sampai rumah, aku mulai
berfikir jika omongan mereka benar. Aku memang gendut, cupu, dan pendek. Ah,
tapi peduli amat, toh aku juga ga merugikan mereka. Fikirku menenangkan.
Hari-hari
menjelang OSN, aku dan Kak Galih semakin sering bertemu. Kami hampir bertemu
tiap hari, karena bu ratih meminta kami latihan secara intensif setiap jam
istirahat dan sepulang sekolah.
Kebersamaanku dengan Kak Galih
membuatku sadar bahwa ia tak seburuk yang aku fikirkan. Ia sangat baik,
mengajari banyak hal, ramah, dan sangat humoris. Tak jarang aku dibuat tertawa
terpingkal-pingkal oleh leluconnya.
Kak Galih juga sering
mengantarku pulang. Tiap malam, ia pun sering mengirimiku pesan singkat berisi
perhatian. Ah, manisnyaaa...
Hari ke hari, perasaanku
semakin menguat. Aku tak bisa lagi memungkiri jika aku mencintai Kak Galih.
Hingga akhirnya, aku putuskan untuk menyatakannya.
“Kak Galih”
“Iya ?”
“Aku mau
ngomong sesuatu”
“Iya sok
ngomong aja”
“Tapi ini
serius”
“Oke.. Oke..
Kamu mau bilang apa?”
“Aku ...
aku.. suka eh cinta sama kakak. Kakak satu-satunya cowok yang ga memandang
fisikku. Kakak perhatian sama aku, aku sayang sama Kak Galih”
“Hah? Jadi
kamu nembak kakak nih?”
“Kakak pasti
kaget ya, maaf ya kalo aku lancang”
“Eh, engga
ko. Santai aja. Toh cinta kan anugrah dari sang maha kuasa. Tapi kakak ga bisa
jawab sekarang, gimana dong?”
“Iya gapapa
kok kak, aku nyatain ini cuman biar aku tenang. Seengaknya kakak udah tahu
perasaan aku. Ga di jawab juga gak apa-apa”
“Oh ok deh,
yaudah kamu lanjutin dulu ngerjain soalnya. Kakak mau ke belakang dulu”
20 menit..
30 menit...
Kak Galih tak kunjung
datang. Aku khawatir, aku putuskan untuk mencarinya.
“Ah,
kayaknya Kak Galih ke kelasnya deh. Apa aku susul aja ya” aku pun pergi ke
kelas XII IPA 1.
...
“Gila lih,
lo emang hebat. Ini kesekian kalinya lo berhasil naklukin hati cewek” Seru
Temannya Galih.
“Ya iyalah,
gue gitu. Sekarang mana duit taruhannya?”
“iya ini
nih. Trus lo mau apain tuh cewek?”
“ya gue
buang lah, ngapain gua pacaran sama kebo. Lo tahu kan, fans-fans gue lebih
banyak yang lebih cantik”
“Oh gua kira
mau beneran lu pacarin. Abis lu keliatan tulus gitu sih sama dia”
“Ya
enggaklah, gue masih normal kali bro. Udah ah gue balik dulu, ntar bu ratih
marah lagi. Thanks ya bro...”
Galih keluar kelas,
niatnya mau kembali latihan soal denhan Hana. Tapi ternyata,
“Ha.. Hana?
Kamu sejak kapan disini?”
“Aku juga ga
tahu, bahkan jika waktu bisa diulang aku berharap aku ga pernah kesini”
“Tunggu
Han... !”
Sakit. Hatiku hancur
sudah.
Kenapa? Kenapa aku bodoh
sekali? Kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang yang salah?. Aku menangis
sejadi-jadinya. Aku terus berlari menuju kelas, tanpa menghiraukan pandangan
aneh orang sekitarku.
“Han.. Hana
kenapa?” Tanya Ajeng, ketika aku masuk kelas dengan uraian air mata.
“Jeng,
Sakit. Hatiku sakit jeng”
Ajeng memelukku erat.
Aku pulang sekolah dengan
perasaan yang masih tak karuan. Kak Galih ternyata sudah menungguku di depan
gerbang sekolah.
“Hana, Kakak
mau jelasin sesuatu sama kamu. Kakak gak maksud buat nyakitin kamu. Maafin
yaa..” Pintanya sambil memegang tanganku.
“(Aku
melepaskan pegangannya) Kakak ga salah. Akulah yang terlalu bodoh dan tak tahu
diri untuk mencintai kakak”
“Tapi Han,
ini bukan kemauan kakak. Temen-temen kakak yang....”
“Kak udah
ya, kakak ga perlu jelasin apa-apa lagi. Penjelasan kakak itu cuman bikin luka
aku makin sakit. Aku tahu kakak ganteng, pinter, dan kaya. Sedangkan aku, aku
ini jelek, gendut, pendek, bodoh,....”
“Han.. Hana
please ya jangan bikin kakak ngerasa bersalah”
“Apa? Kak,
aku sadar aku hanya seorang pungguk yang tak pantas merindukan bulan. Tapi
kak... salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?“
“Kak, apakah memang
seorang pungguk sepertiku tak akan pernah pantas untuk merindukan bulan seperti
kakak?”
Aku pergi meninggalkan Kak
Galih. Aku benar-benar hancur. Hatiku terbelah sudah. Sakit...
“Tuhan, Salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?”
To be continue....