Sunday, May 22, 2016

Salahkah Pungguk Jika Ia Merindukan Bulan ?



Aku mencintaimu.
Lantas kenapa harapku tentangmu “bagai pungguk merindukan bulan?” namun, salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?
...
Ciri-Ciri Pungguk :
1.     Gendut
2.    Pendek
3.    Jelek
4.    Culun
5.    Kuper
Ciri-Ciri Bulan :
1.     Ganteng
2.    Tinggi
3.    Fashionable
4.    Anak konglomerat
5.    Vokalis
6.    Kapten tim basket
7.    Ketua OSIS
8.    Punya banyak fans

Aku terlalu mencintainya, hingga aku lupa jika untuk mencintainya aku harus merasakan sakit yang tak terkira. Ia kakak kelasku, aku mencintainya sejak pertama kali aku mengenal apa itu cinta.

“Upacara telah selesai. Pengumuman.. Pengumuman..”
Ibu Ratih, Kepala Sekolah SMA Pelita Jaya naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pengumuman.
“Perhatian semuanya, Assalamualaikum WR.Wb. Hari ini, ibu akan menyampaikan informasi tent’ang siswa dan siswi yang erhasil menjadi perwakilan sekolah di ajang OSN tingkat Jawa Barat.
Untuk mata pelajaran Fisika : Galih Gunawan Diningrat XII IPA 1, Hana Ratu Salsaila XI IPA 2. Dan mata pelajaran selanjutnya ..................
Untuk nama-nama yang ibu sebut, setelah pulang sekolah ibu tunggu di ruangan ibu. Terimakasih, wassalamualaikum”
“Han, Kamu lolos. Kamu jadi wakil sekolah han. Hebaaattttt ....” Seru Ajeng sahabatku.
“Iya, Alhamdullilah. Yuk masuk kelas”

          Sepulang sekolah, aku segera menuju ruangan kepala sekolah, namun ada hal aneh kali ini. Sepanjang perjalanan, aku terus dipandangi dengan pandangan mematikan oleh cewek-cewek sekolah ini.
“Oh ini yang jadi pasangan Galih di OSN, baek-baek ya neng jangan kegatelan”
“Belajar aja ga perlu genit ya neng”
“Kenapa harus dia sih? Kenapa ga gue aja. Dilihat dari sisi apapun dia tuh ga pantes tahu ga sepasang sama Galih di OSN”
“Apaan sih mereka, ngomel ga jelas. Kenal Galih aja engga” gerutuku dalam hati.
Aku mempercepat langkahku, karena aku takut jika mereka akan semakin menjadi.
“Hey Kamu ! Kamu yang lagi jalan, kamu Hana kan? Ke ruang kepseknya bareng dong ! “Sahut Kak Galih dari arah belakang.
“Mampus. Aku yakin kalo gini aku bisa jadi mangsa buat cewek-cewek itu”
Tanpa menghiraukan panggilannya, langkahku semakin ku percepat.
Tapi ...... Deg, seseorang memegang tanganku, dan dia....
“Selow atuh selow. Bu Ratih juga ga akal marah kalo kita ampe telat. Yuk bareng!”
Aku hanya diam. Dia terus memegang tanganku hingga kami sampai di ruangan Kepsek. Hatiku panas, Jantungku erdegup kencang, fikiranku tak karuan, dan gejala-gejala lain yang tak terdefinisikan.

“Han.. Hana.. Kamu ngerti kan apa yang Ibu sampaikan tadi?”
“Hah? Apa bu?”
“Heeehhh.... Hana.. Ka..”
“Eh, tenang bu. Walaupun dia ga ngerti, saya bisa bantu ngejelasin. Iya kan Hana?” tanya Kak Galih
“I.. Iya”
“Baiklah, sekarang kalian boleh pulang”
“Eh, rumahmu dimana?” Tanya Kak Galih.
Aku terus berjalan tanpa menanggapi.
“Kalo No Telp. Berapa?”
“Pin BBM punya ga?”
“Id Fb kamu apa?”
“Atau IG aja deh, ntar aku follow”
“Ih apaan sih, berisik tau ga?” sahutku.
“Hah? Berisik. Gila ini pertama kalinya gue dibilang berisik sama cewek. Lo gak kenal gue?”
“Enggak”
“Apa? Beneran lu ga kenal. Gue kan ketua OSIS, Kapten tim bas..”
“Ga peduli”
“Hah?”
“Iya aku ga peduli. Sekarang aku cuman minta kakak buat jauh-jauh dari aku. Apa kakak ga sadar, dari tadi banyak pandangan dari fans-fans kakak yang mengancamku”
“Hahaha... oh jadi gara-gara itu. Santai aja kali”
“Bodo amatlah”
Aku berjalan cepat, kulihat kak Galih pun sudah berhenti mengikutiku. Tapi...
“Dasar cewek sok kecakepan. Lo fikir lo cantik? Body kayak kebo aja belagu”
“Ngaca, punya kaca ga sih nih anak”
Aku tak memperdulikan mereka, aku hanya terus berjalan. Namun, ketika sampai rumah, aku mulai berfikir jika omongan mereka benar. Aku memang gendut, cupu, dan pendek. Ah, tapi peduli amat, toh aku juga ga merugikan mereka. Fikirku menenangkan.

Hari-hari menjelang OSN, aku dan Kak Galih semakin sering bertemu. Kami hampir bertemu tiap hari, karena bu ratih meminta kami latihan secara intensif setiap jam istirahat dan sepulang sekolah.
Kebersamaanku dengan Kak Galih membuatku sadar bahwa ia tak seburuk yang aku fikirkan. Ia sangat baik, mengajari banyak hal, ramah, dan sangat humoris. Tak jarang aku dibuat tertawa terpingkal-pingkal oleh leluconnya.
Kak Galih juga sering mengantarku pulang. Tiap malam, ia pun sering mengirimiku pesan singkat berisi perhatian. Ah, manisnyaaa...
Hari ke hari, perasaanku semakin menguat. Aku tak bisa lagi memungkiri jika aku mencintai Kak Galih. Hingga akhirnya, aku putuskan untuk menyatakannya.
“Kak Galih”
“Iya ?”
“Aku mau ngomong sesuatu”
“Iya sok ngomong aja”
“Tapi ini serius”
“Oke.. Oke.. Kamu mau bilang apa?”
“Aku ... aku.. suka eh cinta sama kakak. Kakak satu-satunya cowok yang ga memandang fisikku. Kakak perhatian sama aku, aku sayang sama Kak Galih”
“Hah? Jadi kamu nembak kakak nih?”
“Kakak pasti kaget ya, maaf ya kalo aku lancang”
“Eh, engga ko. Santai aja. Toh cinta kan anugrah dari sang maha kuasa. Tapi kakak ga bisa jawab sekarang, gimana dong?”
“Iya gapapa kok kak, aku nyatain ini cuman biar aku tenang. Seengaknya kakak udah tahu perasaan aku. Ga di jawab juga gak apa-apa”
“Oh ok deh, yaudah kamu lanjutin dulu ngerjain soalnya. Kakak mau ke belakang dulu”
20 menit..
30 menit...
Kak Galih tak kunjung datang. Aku khawatir, aku putuskan untuk mencarinya.
“Ah, kayaknya Kak Galih ke kelasnya deh. Apa aku susul aja ya” aku pun pergi ke kelas XII IPA 1.
...

“Gila lih, lo emang hebat. Ini kesekian kalinya lo berhasil naklukin hati cewek” Seru Temannya Galih.
“Ya iyalah, gue gitu. Sekarang mana duit taruhannya?”
“iya ini nih. Trus lo mau apain tuh cewek?”
“ya gue buang lah, ngapain gua pacaran sama kebo. Lo tahu kan, fans-fans gue lebih banyak yang lebih cantik”
“Oh gua kira mau beneran lu pacarin. Abis lu keliatan tulus gitu sih sama dia”
“Ya enggaklah, gue masih normal kali bro. Udah ah gue balik dulu, ntar bu ratih marah lagi. Thanks ya bro...”
Galih keluar kelas, niatnya mau kembali latihan soal denhan Hana. Tapi ternyata,
“Ha.. Hana? Kamu sejak kapan disini?”
“Aku juga ga tahu, bahkan jika waktu bisa diulang aku berharap aku ga pernah kesini”
“Tunggu Han... !”
Sakit. Hatiku hancur sudah.
Kenapa? Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku bisa jatuh cinta pada orang yang salah?. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku terus berlari menuju kelas, tanpa menghiraukan pandangan aneh orang sekitarku.
“Han.. Hana kenapa?” Tanya Ajeng, ketika aku masuk kelas dengan uraian air mata.
“Jeng, Sakit. Hatiku sakit jeng”
Ajeng memelukku erat.

Aku pulang sekolah dengan perasaan yang masih tak karuan. Kak Galih ternyata sudah menungguku di depan gerbang sekolah.
“Hana, Kakak mau jelasin sesuatu sama kamu. Kakak gak maksud buat nyakitin kamu. Maafin yaa..” Pintanya sambil memegang tanganku.
“(Aku melepaskan pegangannya) Kakak ga salah. Akulah yang terlalu bodoh dan tak tahu diri untuk mencintai kakak”
“Tapi Han, ini bukan kemauan kakak. Temen-temen kakak yang....”
“Kak udah ya, kakak ga perlu jelasin apa-apa lagi. Penjelasan kakak itu cuman bikin luka aku makin sakit. Aku tahu kakak ganteng, pinter, dan kaya. Sedangkan aku, aku ini jelek, gendut, pendek, bodoh,....”
“Han.. Hana please ya jangan bikin kakak ngerasa bersalah”
“Apa? Kak, aku sadar aku hanya seorang pungguk yang tak pantas merindukan bulan. Tapi kak... salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?“
“Kak, apakah memang seorang pungguk sepertiku tak akan pernah pantas untuk merindukan bulan seperti kakak?”
Aku pergi meninggalkan Kak Galih. Aku benar-benar hancur. Hatiku terbelah sudah. Sakit...
“Tuhan, Salahkah pungguk jika ia merindukan bulan?”


To be continue....