KERAJAAN SRIWIJAYA
Dalam bahasa Sanskerta kata “Sriwijaya” mengandung dua
suku kata: “sri” berati cahaya; “wijaya” berarti kemenangan. Dan memang,
Sriwijaya adalah satu dari kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara. Kerajaan
besar lain adalah Majapahit, yang berdiri pada masa akhir keberadaan kerajaan
ini.
Cikal bakal keberadaan kerajaan yang terletak di seputar kota Palembang, Sumatera Selatan sekarang ini menurut catatan sudah ada pada tahun 500-an. Kerajaan ini terdiri atas tiga daerah utama: daerah ibukota yang berpusatkan di sekitar Palembang, lembah Sungai Musi dan daerah-daerah muara.Mengingat lokasinya, kerajaan ini diperkirakan menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim penting pada abad keenam
Cikal bakal keberadaan kerajaan yang terletak di seputar kota Palembang, Sumatera Selatan sekarang ini menurut catatan sudah ada pada tahun 500-an. Kerajaan ini terdiri atas tiga daerah utama: daerah ibukota yang berpusatkan di sekitar Palembang, lembah Sungai Musi dan daerah-daerah muara.Mengingat lokasinya, kerajaan ini diperkirakan menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim penting pada abad keenam
Bahkan pada sekitar tahun 425 agama Buddha sudah
diperkenalkan di Sriwijaya. Sriwijaya – tepatnya Palembang - menarik banyak
peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari
Tiongkok I Ching, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan
studinya ke Universitas Nalanda, India pada tahun 671 dan 695. Ia menuliskan
bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha. Pengunjung yang datang
ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. I
Ching banyak menulis tentang keberadaan Sriwijaya. Catatannya kemudian menjadi
bahan penting untuk mengetahui keberadaan kerajaan ini.
Selain catatan tersebut, bukti lain tentang keberadaan
Sriwijaya bisa ditemui dari berbagai peninggalan. Antara lain prasasti .
Prasasti yang menuliskan tentang Sriwijaya antara lain dibuat pada tahun 683 di
Palembang. Namanya Prasasti Kedukan Bukit .
Pendiri
Sriwijaya
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, Kerajaan Sriwijaya
didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke VI . Ia memimpin 20.000
tentara di Minanga Tamwan (Ibu Kota Kerajaan Melayu ) yang diliputi perasaan senang karena kemenangan
menaklukkan Kerajaan Malayu . Pada tahun 680 di bawah kepemimpinan Jayanasa,
wilayah Kerajaan Melayu, Jambi dan Bengkulu takluk di bawah Sriwijaya.,
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa (dinasti) Sailendra mulai berkuasa di Jawa Tengah. Ia merupakan keturunan langsung Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur , Sriwijaya menguasai bagian selatan Sumatera hingga Lampung. Kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa (dinasti) Sailendra mulai berkuasa di Jawa Tengah. Ia merupakan keturunan langsung Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur , Sriwijaya menguasai bagian selatan Sumatera hingga Lampung. Kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Perluasan wilayah ke Jawa dan Semenanjung Melayu
(Malaysia), menjadikan Sriwijaya menguasai dua pusat perdagangan utama di Asia
Tenggara. Catatan atau bukti peninggalan Sriwijaya memang tersebar di berbagai
negara yang berada dalam kekuasaannya. Ada di Thailand, Kamboja, Vietnam,
selain di beberapa provinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad
ke-8 berada di bawah kendali Palembang. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas
Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan
hubungan dengan kerajaan di abad yang sama.
Raja terakhirnya adalah Srimat
Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa pada tahun 1178 M.
BUKTI SEJARAH / SUMBER
SEJARAH
Bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya:
1.
Prasasti Kedudukan Bukit (605 Saka=683 M)
Prasasti
ini berbahasa sanskertayang menyebutka tentang perjalanan suci (Shidartayatsa)
yang dilakukan oleh Dapunta Hyang dari Minangatamwan. Perjalan tersebut
berhasil menaklukan beberapa daerah.
2.
Prasasti Talang Tuo (606=648 M)
Berisi
tentang perbuatan kebun (teman) yang di beri nama srikstra atas perintah
Dapunta Hyang Srijayanegara untuk kemakmuran semua makhluk. Dimuat juga doa-doa
agama budha Mahayana.
3.
Prasati Talaga Batu (tanpa angka tahun)
Prasasti
ini berbahasa melayu dan berhuruf pallawa, berisi tentang kutukan-kutukan
kepada siapa saja yang tidak tunduk kepada raja. Ditemukan di Telaga Batu dekat
Palembang.
4.
Prasasti Kota Kapu (608 Saka=686)
Ditemukan
di pulau bangka. Prasasti ini berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta, berisi
tentang permohonan kepada dewa untuk menjaga kerajaan Sriwijaya dan menghukum
siapa saja yangakan bermaksud jahat. Prasati ini juga menyebutkan tentang
penyerangan Sriwijaya ke sebuah kerajaan (kemungkinan adalah kerajaan
Tarumanegara).
Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
ü Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
ü Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah
oleh Raja Rajendracoladewa.
ü Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja
Kertanegara, 1275 – 1292.
ü Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
ü Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman
atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan
Majapahit.
ü Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena
adanya pengendapan lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakin berkurang. Akibatnya, Kota Palembang semakin
menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis. Akibat kapal dagang yang
datang semakin berkurang, pajak berkurang dan memperlemah ekonomi dan posisi Sriwijaya.
Silsilah
Kerajaan Sriwijaya
1.
Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M). Selama masa pemerintahannya,
Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga telah menuliskan Prasasti Keduka Bukit , Talang
Tuo (684 M), dan Kota Kapur. Selain itu, Dapunta Hyang Sri Jayanaga
juga menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara.
Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga telah menuliskan Prasasti Keduka Bukit , Talang
Tuo (684 M), dan Kota Kapur. Selain itu, Dapunta Hyang Sri Jayanaga
juga menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara.
2. Indravarman (702 M). Selama masa kepemimpinan Indravarman, dikirim
utusan ke Tiongkok pada 702-716 M,dan 724 M.
3. Rudra Vikraman atau Lieou-t`eng-wei-kong (728 M). Selama masa
kepemimpinan Rudra Vikraman, dikirim utusan ke Tiongkok pada 728-748 M.
4. Dharmasetu (790 M).
5. Wisnu (795 M) dengan gelar Sarwarimadawimathana yang artinya
“pembunuh musuh-musuh yang sombong tiada bersisa “ (775 M). Selama
kepemimpinannya, Raja Wisnu memulai pembangunan Candi Borobudur pada
770 M dan menaklukkan Kamboja Selatan.
6. Samaratungga (792 M). Selama kepemimpinan Raja Samaratungga,
Sriwijaya kehilangan daerah taklukannya di Kamboja Selatan pada 802 M.
7. Balaputra Sri Kaluhunan (Balaputradewa) (835 M). Raja ini memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dengan meninggalkan Prasasti Nalanda.
8. Sri Udayadityawarman (960 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri
Udayadityawarman mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 960 M.
9. Sri Wuja
atau Sri Udayadityan (961 M). Selama kepemimpinannya, Raja
Sri Udayadityan mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M.
Sri Udayadityan mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M.
10. Hsiae-she (980 M). Selama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 980-983 M.
11. Sri
Cudamaniwarmadewa (988 M). Saat beliau memerintah, terjadi
penyerangan dari Jawa.
12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M). Selama kepemimpinannya, Raja
Sri Marawijayottunggawarman mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1008
M.
penyerangan dari Jawa.
12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M). Selama kepemimpinannya, Raja
Sri Marawijayottunggawarman mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1008
M.
13. Sumatrabhumi
(1017 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sumatrabhumi
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1017 M.
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1017 M.
14. Sri Sanggramawijayottunggawarman
(1025). Selama kepemimpinan Raja
Sri Sanggramawijayottunggawarman, Sriwijaya dapat dikalahkan oleh
Kerajaan Cola dan sang raja sempat ditawan.
Sri Sanggramawijayottunggawarman, Sriwijaya dapat dikalahkan oleh
Kerajaan Cola dan sang raja sempat ditawan.
15. Sri Deva (1028 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri Deva mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 1028 M.
16. Dharmavira (1064 M).
17. Sri Maharaja (1156 M). Selama kepemimpinannya, Raja Sri Maharaja
mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M.
18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M). Selama
kepemimpinannya, Raja Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada 1178 M.
19. Pada tahun 1402, Parameswara, pangeran terakhir Sriwijaya mendirikan
Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Peran
sejarah
Meskipun
Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan keberadaanya
sempat terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali
kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an
telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan
politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan
kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya pada masa lalu.
Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya.
Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah
berperan besar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini
menjadi bahasa kerja atau bahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua
franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara.
Tersebar luasnya
Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga
mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau
Indonesia.Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas
daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, Sumatera
Selatan.
Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan
tarian tradisional Gending
Sriwijaya. Hal yang
sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai
yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan
sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di
Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post
(Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya
TV, Sriwijaya
Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang).
Semuanya dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan
kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang. Pada tanggal 11 November 2011 digelar
upacara pembukaan SEA
Games 2011
di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Upacara pembukaan ini menampilkan
tarian kolosal yang bertajuk "Srivijaya the Golden Peninsula"
menampilkan tarian tradisional Palembang dan juga replika ukuran sebenarnya
perahu Sriwijaya untuk menggambarkan kejayaan kemaharajaan bahari ini.
KERAJAAN
MAJAPAHIT
Majapahit adalah
sebuah kerajaan yang
berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan
ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa
kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit
adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan
dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga
Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
PENDIRI KERAJAAN
Kertarajasa
Jayawardhana atau disebut juga Raden Wijaya adalah
pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Majapahit yang memerintah pada tahun 1293-1309.
RAJATERAKHIR:
Prabu Brawijaya atau kadang disebut Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit yang memerintah sampai tahun 1478.
Prabu Brawijaya atau kadang disebut Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit yang memerintah sampai tahun 1478.
BUKTI SEJARAH KERAJAAN
MAJAPAHIT
Beberapa bukti sejarah yang telah
di temukan sehubungan dengan kerajaan majapahit hanyalah berupa beberapa
catatan dari kitab kuno. Bukti sejarah antara lain adalah kitab negarakertagama
yang merupakan semacam buku puisi yang ditulis dalam bahasa jawa kuno pada masa
di ke jayaan majapahit dimasa kekuasaan hayam wuruk. Selain itu ada kitab
pararaton atau kitab raja-raja yang di tulis menggunakan bahasa kawi. Kitab ini
menceritakan mengenai KEN AROK dan sedikit catatan mengenai berdirinya
majapahit. Kedua kitab tersebut merupakan sumber utama yang dipakai sebagai
dasar penelitian mengenai kekuasaan majapahit. Sedangkan sumber-sumber yang
lainnya berupa beberapa prasasti yang di tulis dengan bahasa yang kuno, dan
juga catatan-catatan dari tiongkok. Namun sumber-sumber lain ini tidak terlalu
lengkap. Bangunan: Candi Panataran, Sawentar, Tiga
Wangi, Muara Takus
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Kitab: Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca, Sitosoma oleh Mpu Tantular yang memuat slogan Bhinneka Tunggal Ika.
Penyebab
runtuhnya Kerajaan Majapahit
> Tidak ada tokoh seperti Hayam Wuruk dan
Gajah Mada
> Terjadinya Perang Paregreg
> Daerah bawahan Majapahit melepaskan diri
> Datangnya armada Laksamana Cheng Ho
> Berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa
SILSILAH KERAJAAN
MAJAPAHIT
Nama Raja
|
Gelar
|
Tahun
|
Kertarajasa Jayawardhana
|
||
Kalagamet
|
||
Sri Gitarja
|
||
Sri Rajasanagara
|
||
Dyah Ayu Kencana Wungu
|
||
Brawijaya I
|
||
Brawijaya II
|
||
Brawijaya III
|
||
Brawijaya IV
|
||
Bhre Kertabumi
|
||
Brawijaya VI
|
||
PERAN SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT
Legitimasi
politik
Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha mendapatkan
legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak
menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya, Raden Patah, menurut babad-babad
keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina,
yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin
langsung oleh Sultan
Agung
sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit.
Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha
membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit — sering
kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan bukti penting —
dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus
mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri
mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[32]
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk
mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah
merujuk pada Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang
masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara
Republik Indonesia saat ini.[20] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis Indonesia menyampaikan visinya
tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang
diromantiskan.[43] Sukarno juga mengangkat
Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde
Baru
menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.[44] Sebagaimana Majapahit,
negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat
di pulau Jawa.
Beberapa
simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit.
Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang disebut
"Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan
Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang TNI
Angkatan Laut
berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan
nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin
Sutasoma" yang ditulis oleh Mpu
Tantular,
seorang pujangga Majapahit.
Arsitektur
Sepasang
patung penjaga gerbang abad
ke-14
dari kuil Majapahit di Jawa Timur (Museum of Asian
Art, San Francisco)
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan
dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran
bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam
kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai
bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan
masyarakat di Bali masa kini. Meskipun bata merah sudah digunakan jauh
lebih awal, para arsitek Majapahitlah yang menyempurnakan teknik pembuatan
struktur bangunan bata ini.
Beberapa elemen arsitektur kompleks bangunan di Jawa dan
Bali diketahui berasal dari masa Majapahit. Misalnya gerbang terbelah candi bentar yang kini cenderung
dikaitkan dengan arsitektur Bali, sesungguhnya merupakan pengaruh Majapahit,
sebagaimana ditemukan pada Candi Wringin
Lawang,
salah satu candi bentar tertua di Indonesia. Demikian pula dengan gapura paduraksa (kori agung) beratap
tinggi, dan pendopo berlandaskan struktur
bata. Pengaruh citarasa estetika dan gaya bangunan Majapahit dapat dilihat pada
kompleks Keraton
Kasepuhan di
Cirebon, Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah, dan Pura
Maospait di Bali. Tata letak kompleks bangunan berupa halaman-halaman
berpagar bata yang dihubungkan dengan gerbang dan ditengahnya terdapat pendopo,
merupakan warisan arsitektur Majapahit yang dapat ditemukan dalam tata letak
beberapa kompleks keraton di Jawa serta kompleks
puri (istana) dan pura di Bali.
Persenjataan
Pada
zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik
pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan
keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris
pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris
yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan
keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa
ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Selain
keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak dan meriam kapal sederhana
yang disebut Cetbang. Saat ini salah satu koleksi Cetbang Majapahit tersebut
berada di The Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika.
Kesenian modern
Kebesaran
kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi
sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk
menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa
karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.
Puisi lama
- Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena
menggunakan nama pena Ki
Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa
Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan
dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis
"Buda" ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat
Islam.
Komik dan strip komik
- Serial "Mahesa
Rani" karya Teguh
Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka, seorang rekan Mahesa
Rani.
- Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan
Mintaraga.
- Komik Majapahit karya R.A.
Kosasih
- Strip
komik "Panji
Koming" karya Dwi
Koendoro yang dimuat di surat kabar
"Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari
seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
- Komik "Dharmaputra
Winehsuka", karya Alex
Irzaqi, kisah Ra Kuti dan Ra Semi
dalam latar peristiwa pemerontakan Nambi 1316 M.
Roman/novel sejarah
- Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa keruntuhan
Majapahit, karya Sanusi
Pane.
- Pelangi Di langit Singasari (1968 - 1974), roman sejarah dengan setting
zaman kerajaan Kediri dan Singasari, karya S.
H. Mintardja.
- Bara Di Atas Singgasana, roman sejarah dengan setting zaman kerajaan
singasari dan Majapahit, karya S.
H. Mintardja
- Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan
Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
- Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan
akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar
terbunuhnya Jayanegara, karya Matu
Mona/Hasbullah Parinduri.
- Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting
runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.
- Arus
Balik (1995), sebuah epos pasca kejayaaan Nusantara pada awal abad 16, karya Pramoedya Ananta Toer.
- Dyah Pitaloka - Senja di Langit
Majapahit (2005), roman karya Hermawan
Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan
Sunda yang gugur dalam Peristiwa
Bubat.
- Gajah Mada (2005), sebuah roman
sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya
menguasai Nusantara, karya Langit Kresna Hariadi.
- Jung Jawa (2009), sebuah antologi cerita pendek berlatar Nusantara, karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel
Publishing dengan ISBN
978-979-25-3953-0.
CANDI-CANDI HINDU
DAN BUDHA
·
Candi Borobudur
Candi
Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat
laut Yogyakarta.
Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
·
Candi Kalasan
Candi Kalasan atau Candi Tara dibangun sekitar akhir abad ke 8 M
atau awal abad ke 9 M diatas bangunan candi
kuno. Candi yang berada kira-kira 2 km di sebelah barat dari candi Prambanan, yaitu di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo ini
dikategorikan sebagai candi umat Buddha.
Candi Rara Jonggrang
Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan
adalah kompleks candi Hindu
terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di
pulau Jawa,
kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan
antara provinsi Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara
kabupaten Sleman
dan Klaten.
·
Candi
Muara Takus, Candi Penatara, Candi Cangkuang, Candi Singosari
Tank's
ReplyDeleteartikel yang sangat berguna :)
ReplyDelete