Wednesday, October 29, 2014

Part 1 : "Berkenalan Dengan Mimpi"

     "Mumuuuuuuuttt" dengan membawa segelas air yang siap disiramkam mamah membangunkan Mumut.

     "Iya mah?" Mumut terbangun dengan sangat malas, ia terkejut ketika melihat mamahnya membawa segelas air yang siap disiramkan.

     "Mut, kamu itu sudah besar tak sepantasnya kamu baru bangun jam segini, apa kamu tak tahu jika kita bangun siang maka rezeki kita akan dimakan ayam" seru Mamahnya.

     "Ya biarin lah mah, sekali-kali membagi rezeki sama ayam. Bukankah ayam juga makhluk ciptaan Allah?" Sanggah Mumut.

     "Terserah kamu lah mut, mau menurut kata mamah ya silahkan.. kalau tidak juga tidak apa-apa" jawab Mamah dengan kesal.

     Mamah pun keluar dari kamar Mumut. Mumut yang bangun dengan malas-malasan, ketika ia melihat jam ia sangat kaget karena sudah terlambat berangkat ke sekolah.

     "Duh gimana ini? udah siang, buku belum disiapin, PR belum dikerjain, baju belum di setrika, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" gerutu Mumut sambil memasukan buku ke dalam buku.

     "Berangkat dulu ya mah, assalamualaikum.." Mumut sangat tergesa-gesa berangkat ke sekolah.

     "Waalaikumsallam, ya Allah semoga dia berubah menjadi lebih baik aamiin" doa Mamahnya dalam hati.

     Bu Neni yang melihat Mumut berlari terengah-engah segera berdiri di depan kelas dengan memasang wajah galak.
     "Dari mana kamu jam segini baru datang? kamu tidak punya jam di rumah? atau mau ibu belikan jam agar kamu tidak kesiangan?" Tanya Bu Neni dengan galak.

     "Sa.. sa... sa.. ya..." jawab Mumut ketakutan.

     "Ibu belum menyuruhmu menjawab pertanyaan ibu. sejauh apa sih rumahmu? apakah kamu harus melewati hutan, gunung, dan lautan untuk sampai ke sekolah?" Tanya bu Neni dengan teramat kesal. Mumut hanya diam saja.

     "Kamu tidak mempunyai mulut sehingga tidak bisa bicara?" Emosi Bu Neni semakin naik melihat Mumut yang tidak menjawab.

     "Tadi kata Ibu saya tidak boleh menjawab sebelum disuruh?" Mumut merasa serba salah, menjawab pertanyaan salah tidak menjawab pun salah.

     "Alah alasan, cepat jawab!" Bu Neni tidak menghiraukan jawaban anak muridnya itu.
Melihat Bu Neni yang semakin galak, Mumut segera mencari-cari alasan yang tepat untuk menghentikan keganasan Bu Neni.

     "Saya bangun kesiangan bu, entah mengapa tadi kamar saya tidak kedatangan sang surya" Mumut memberi alasan.

     "Lalu ibu harus menyalahkan matahari? Mumut mumut kamu itu murid yang pintar, iya murid yang pintar berbohong." Bu Neni yang mendengar alasan itu malah semakin marah.

     "Tapi saya jujur bu" Mumut menyesali perkataan yang keluar dari mulutnya itu.
    
     "Iya ibu tahu kamu jujur berbohongnya. sudahlah sekarang kamu pergi ke ruang perpustakaan bersihkan seluruh buku, rak buku, meja, kursi, dan segala macam yang ada di perpustakaan" Bu neni teramat jengkel dengan kelakuan Mumut.

     "Baik bu, saya pergi dulu. permisi" Akhirnya Mumut menyerah, ia pun menyetujui hukuman yang diberikan Bu Neni.

     "Iya sana pergi!" Sahut Bu Neni dengan suara agak serak karena dari tadi berteriak kepada Mumut.

     Mumut pergi ke ruang perpustakaan. Ia memulai pekerjaan dengan membereskan susunan buku-buku di rak buku.di rak buku paling belakang, Mumut menemukan sebuah buku dengan judul "Laskar Pelangi". Mumut penasaran dengan buku tersebut, kemudian datang Ibu Rizka yang merupakan penjaga perpustakaan menghampiri Mumut yang sedang membaca buku.

     “Sedang apa kamu?” Bu Rizka duduk disamping Mumut.
    
     “Saya sedang dihukum oleh Bu Neni Bu, makanya saya disuruh membersihkan Perpustakaan.” Mumut menjawab tanpa menoleh sedikitpun terhadap Bu Rizka.
    
     “Oh iya bu, ini novel tentang apa? Rasanya saya belum pernah membaca novel seperti ini?” tanya Mumut sambil menunjukan sebuah novel kepada Bu Rizka.

     “Oh itu, ini novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel ini bercerita tentang petualangan 10 anak Belitung yang berjuang menggapai mimpi-mimpinya”
Cerita Bu Rizka dengan mata berbinar-binar penuh semangat.

     “Hmm.. sepertinya cerita novel ini menarik, tapi saya malas ah membacanya novel ini terlalu tebal bu” Mumut hendak mengambalikan novel tersebut ke tempatnya namun Bu Rizka menahannya.

     “Eh bentar mut, ibu yakin kamu akan menjadi orang paling tidak beruntung jika kamu tidak membaca novel ini.” Bujuk Bu Rizka sedikit menggoda.
Mumut kembali duduk.

     “Memang apalagi yang menarik dari novel ini bu? Saya sih yakin kalau endingnya pasti sama saja dengan cerita-cerita novel pada umumnya.” Jawab Mumut sedikit tidak percaya terhadap perkataan Bu Rizka.

     “novel ini tuh bercerita betapa luar biasanya perjuangan 10 anak miskin yang tinggal di Belitung. Mereka akan mengajarkan kita bagaimana harusnya menghadapi kenyataan hidup dengan semangat. Lihat Mut, mereka tetap semangat meski jarak rumah mereka beratus-ratus meter, mereka tidak menyerah meski jalan menuju ke sekolah itu terjal dan penuh rintangan, mereka tetap semangat meski mereka tak memakai seragam seperti murid-murid pada umumnya, mereka tetap semangat meski sekolah mereka tak punya fasilitas apapun, mereka tetap semnagat meski tiap malam sekolah mereka dijadikan tempat kandang ayam. Mereka terus berjuang meski pahitnya hidup benar-benar mereka rasakan, mereka tetap bersyukur meski kenyataan hidup tak pernah sesuai dengan keinginan, mereka tetap tertawa riang meski semua hal yang mereka alami sungguh mengiris hati.” Mata Bu rizka mulai berkaca-kaca, ia hampir kehabisan kata-kata untuk menceritakan isi novel tersebut.

     “Mut, sekarang ibu tanya sama kamu apa motivasi kamu sekolah? Untuk apa kamu sekolah? Apa kamu punya mimpi yang harus kamu wujudkan?Apa kamu tahu apa tujuan hidupmu?” tanya Bu Rizka sambil menyeka air mata di pelupuk matanya.

     Mumut hanya menggelengkan kepalanya, ia pernah terfikir pertanyaan yang sama namun sampai saat ini ia pun masih bingung apa motivasi ia belajar, apa mimpi-mimpi yang harus ia capai di masa yang akan datang, akan kemana hidupnya akan dibawa.
Bu Rizka paham akan maksud dari gelengan kepala Mumut, ia bersiap untuk menjelaskan apa itu Mimpi.

     “Mut, dengarkan ibu baik-baik. Kamu tahu siapa yang membawa novel ini hingga bisa berada di dalam perpustakaan sekolah kita?” Bu Rizka memulai pembicaraan dengan menyakan hal tersebut.

     “Tidak, memang siapa bu?” Tanya Mumut dengan keinginantahuannya.

     “Dia adalah Andy, murid ibu 6 tahun silam. Dia hanya seorang anak desa namun tahu gak Mut dia sekarang sedang kulian di Amerika Serikat. Mungkin dulu ia sama seperti mu, tak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap hidupnya. Tapi sejak ia mempunyai mimpi ia tahu apa saja yang harus dicapai dalam hidupnya, mimpi itu bak serbuk ajaib yang mengubah kehidupan Andy. Lewat mimpi itu ia jadi punya motivasi, inspirasi, dan tujuan hidup. Mungkin orang-orang di sekitarnya menganggap ia pengkhayal gila, mana mungkin seorang anak desa yang miskin bisa kuliah di luar negeri, jangankan kuliah di luar negeri makan untu hari esok pun kadang sering tak tentu adanya.” Angan Bu Neni mengawang ke masa 6 tahun  silam.

     “Sungguh Bu, Ibu tak berbohongkan?” Mumut mulai tertarik akan kisah Andy.

     “Sungguh mut, tak sedikit pun ibu berdusta. Kamu pun bisa mengenalnya secara langsung jika kamu mau. Hubungi saja ia lewat sosial media facebook, nama akun nya adalah “Albert Andy”. Jelas Bu Rizka meyakinkan.
Perbincangan mereka harus terhenti karena suara bel pulang telah berbunyi.

     “Terimakasih Bu atas cerita-cerita hebat yang Ibu ceritakan kepada Mumut. Sediki-sedikit umut mulai mengerti betapa pentingnya kita mempunyai mimpi. Mumut pamit pulang dulu, Assalamualaikum”. Mumut bergegas pulang ke rumah.

     “Ia sama-sama, ibu juga senang berbagi cerita denganmu. Semoga sifat burukmu itu bisa hilang, dan kamu akan menjadi sosok yang lebih hebat dari murid ibu Andy”.
Sepanjang perjalanan pulang angannya masih penasaran dengan sosok Andy itu. Siapa Andy? Apakah semua cerita Bu Rizka tentan dia itu benar? Ko bisa sih dia sehebat itu? Apa mimpi-mimpinya itu? Di satu sisi, Mumut pun sekarang yakin akan keajaiban mimpi. Pulang sekolah ia bertekad untuk membaca buku “Laskar pelangi” lalu mulai menyusun mimpi-mimpi apa yang harus ia wujudkan di masa yang akan datang.




No comments:

Post a Comment