"Mumuuuuuuuttt"
dengan membawa segelas air yang siap disiramkam mamah membangunkan Mumut.
"Iya
mah?" Mumut terbangun dengan sangat malas, ia terkejut ketika melihat
mamahnya membawa segelas air yang siap disiramkan.
"Mut, kamu
itu sudah besar tak sepantasnya kamu baru bangun jam segini, apa kamu tak tahu
jika kita bangun siang maka rezeki kita akan dimakan ayam" seru Mamahnya.
"Ya biarin
lah mah, sekali-kali membagi rezeki sama ayam. Bukankah ayam juga makhluk
ciptaan Allah?" Sanggah Mumut.
"Terserah
kamu lah mut, mau menurut kata mamah ya silahkan.. kalau tidak juga tidak
apa-apa" jawab Mamah dengan kesal.
Mamah pun keluar
dari kamar Mumut. Mumut yang bangun dengan malas-malasan, ketika ia melihat jam
ia sangat kaget karena sudah terlambat berangkat ke sekolah.
"Duh gimana
ini? udah siang, buku belum disiapin, PR belum dikerjain, baju belum di
setrika, aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" gerutu Mumut
sambil memasukan buku ke dalam buku.
"Berangkat
dulu ya mah, assalamualaikum.." Mumut sangat tergesa-gesa berangkat ke
sekolah.
"Waalaikumsallam,
ya Allah semoga dia berubah menjadi lebih baik aamiin" doa Mamahnya dalam
hati.
Bu Neni yang
melihat Mumut berlari terengah-engah segera berdiri di depan kelas dengan
memasang wajah galak.
"Dari mana
kamu jam segini baru datang? kamu tidak punya jam di rumah? atau mau ibu
belikan jam agar kamu tidak kesiangan?" Tanya Bu Neni dengan galak.
"Sa.. sa...
sa.. ya..." jawab Mumut ketakutan.
"Ibu belum
menyuruhmu menjawab pertanyaan ibu. sejauh apa sih rumahmu? apakah kamu harus
melewati hutan, gunung, dan lautan untuk sampai ke sekolah?" Tanya bu Neni
dengan teramat kesal. Mumut hanya diam saja.
"Kamu tidak
mempunyai mulut sehingga tidak bisa bicara?" Emosi Bu Neni semakin naik
melihat Mumut yang tidak menjawab.
"Tadi kata
Ibu saya tidak boleh menjawab sebelum disuruh?" Mumut merasa serba salah,
menjawab pertanyaan salah tidak menjawab pun salah.
"Alah
alasan, cepat jawab!" Bu Neni tidak menghiraukan jawaban anak muridnya
itu.
Melihat Bu Neni yang semakin galak, Mumut segera
mencari-cari alasan yang tepat untuk menghentikan keganasan Bu Neni.
"Saya
bangun kesiangan bu, entah mengapa tadi kamar saya tidak kedatangan sang
surya" Mumut memberi alasan.
"Lalu ibu
harus menyalahkan matahari? Mumut mumut kamu itu murid yang pintar, iya murid
yang pintar berbohong." Bu Neni yang mendengar alasan itu malah semakin
marah.
"Tapi saya
jujur bu" Mumut menyesali perkataan yang keluar dari mulutnya itu.
"Iya ibu
tahu kamu jujur berbohongnya. sudahlah sekarang kamu pergi ke ruang
perpustakaan bersihkan seluruh buku, rak buku, meja, kursi, dan segala macam
yang ada di perpustakaan" Bu neni teramat jengkel dengan kelakuan Mumut.
"Baik bu,
saya pergi dulu. permisi" Akhirnya Mumut menyerah, ia pun menyetujui
hukuman yang diberikan Bu Neni.
"Iya sana
pergi!" Sahut Bu Neni dengan suara agak serak karena dari tadi berteriak
kepada Mumut.
Mumut pergi ke
ruang perpustakaan. Ia memulai pekerjaan dengan membereskan susunan buku-buku
di rak buku.di rak buku paling belakang, Mumut menemukan sebuah buku dengan
judul "Laskar Pelangi".
Mumut penasaran dengan buku tersebut, kemudian datang Ibu Rizka yang merupakan
penjaga perpustakaan menghampiri Mumut yang sedang membaca buku.
“Sedang apa kamu?” Bu Rizka duduk
disamping Mumut.
“Saya sedang dihukum oleh Bu Neni Bu,
makanya saya disuruh membersihkan Perpustakaan.” Mumut menjawab tanpa menoleh
sedikitpun terhadap Bu Rizka.
“Oh iya bu, ini novel tentang apa? Rasanya
saya belum pernah membaca novel seperti ini?” tanya Mumut sambil menunjukan
sebuah novel kepada Bu Rizka.
“Oh itu, ini novel Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata. Novel ini bercerita tentang petualangan 10 anak Belitung yang
berjuang menggapai mimpi-mimpinya”
Cerita Bu Rizka dengan mata berbinar-binar penuh semangat.
Cerita Bu Rizka dengan mata berbinar-binar penuh semangat.
“Hmm.. sepertinya cerita novel ini
menarik, tapi saya malas ah membacanya novel ini terlalu tebal bu” Mumut hendak
mengambalikan novel tersebut ke tempatnya namun Bu Rizka menahannya.
“Eh bentar mut, ibu yakin kamu akan
menjadi orang paling tidak beruntung jika kamu tidak membaca novel ini.” Bujuk
Bu Rizka sedikit menggoda.
Mumut kembali
duduk.
“Memang apalagi yang menarik dari novel
ini bu? Saya sih yakin kalau endingnya pasti sama saja dengan cerita-cerita
novel pada umumnya.” Jawab Mumut sedikit tidak percaya terhadap perkataan Bu
Rizka.
“novel ini tuh bercerita betapa luar
biasanya perjuangan 10 anak miskin yang tinggal di Belitung. Mereka akan
mengajarkan kita bagaimana harusnya menghadapi kenyataan hidup dengan semangat.
Lihat Mut, mereka tetap semangat meski jarak rumah mereka beratus-ratus meter,
mereka tidak menyerah meski jalan menuju ke sekolah itu terjal dan penuh
rintangan, mereka tetap semangat meski mereka tak memakai seragam seperti
murid-murid pada umumnya, mereka tetap semangat meski sekolah mereka tak punya
fasilitas apapun, mereka tetap semnagat meski tiap malam sekolah mereka
dijadikan tempat kandang ayam. Mereka terus berjuang meski pahitnya hidup
benar-benar mereka rasakan, mereka tetap bersyukur meski kenyataan hidup tak
pernah sesuai dengan keinginan, mereka tetap tertawa riang meski semua hal yang
mereka alami sungguh mengiris hati.” Mata Bu rizka mulai berkaca-kaca, ia
hampir kehabisan kata-kata untuk menceritakan isi novel tersebut.
“Mut, sekarang ibu tanya sama kamu apa
motivasi kamu sekolah? Untuk apa kamu sekolah? Apa kamu punya mimpi yang harus
kamu wujudkan?Apa kamu tahu apa tujuan hidupmu?” tanya Bu Rizka sambil menyeka
air mata di pelupuk matanya.
Mumut hanya menggelengkan kepalanya, ia
pernah terfikir pertanyaan yang sama namun sampai saat ini ia pun masih bingung
apa motivasi ia belajar, apa mimpi-mimpi yang harus ia capai di masa yang akan
datang, akan kemana hidupnya akan dibawa.
Bu Rizka paham
akan maksud dari gelengan kepala Mumut, ia bersiap untuk menjelaskan apa itu
Mimpi.
“Mut, dengarkan ibu baik-baik. Kamu tahu
siapa yang membawa novel ini hingga bisa berada di dalam perpustakaan sekolah
kita?” Bu Rizka memulai pembicaraan dengan menyakan hal tersebut.
“Tidak, memang siapa bu?” Tanya Mumut
dengan keinginantahuannya.
“Dia adalah Andy, murid ibu 6 tahun silam.
Dia hanya seorang anak desa namun tahu gak Mut dia sekarang sedang kulian di
Amerika Serikat. Mungkin dulu ia sama seperti mu, tak tahu apa yang harus ia lakukan
terhadap hidupnya. Tapi sejak ia mempunyai mimpi ia tahu apa saja yang harus
dicapai dalam hidupnya, mimpi itu bak serbuk ajaib yang mengubah kehidupan
Andy. Lewat mimpi itu ia jadi punya motivasi, inspirasi, dan tujuan hidup. Mungkin
orang-orang di sekitarnya menganggap ia pengkhayal gila, mana mungkin seorang
anak desa yang miskin bisa kuliah di luar negeri, jangankan kuliah di luar
negeri makan untu hari esok pun kadang sering tak tentu adanya.” Angan Bu Neni
mengawang ke masa 6 tahun silam.
“Sungguh Bu, Ibu tak berbohongkan?” Mumut
mulai tertarik akan kisah Andy.
“Sungguh mut, tak sedikit pun ibu berdusta.
Kamu pun bisa mengenalnya secara langsung jika kamu mau. Hubungi saja ia lewat
sosial media facebook, nama akun nya adalah “Albert
Andy”. Jelas Bu Rizka meyakinkan.
Perbincangan
mereka harus terhenti karena suara bel pulang telah berbunyi.
“Terimakasih Bu atas cerita-cerita hebat
yang Ibu ceritakan kepada Mumut. Sediki-sedikit umut mulai mengerti betapa
pentingnya kita mempunyai mimpi. Mumut pamit pulang dulu, Assalamualaikum”.
Mumut bergegas pulang ke rumah.
“Ia sama-sama, ibu juga senang berbagi
cerita denganmu. Semoga sifat burukmu itu bisa hilang, dan kamu akan menjadi
sosok yang lebih hebat dari murid ibu Andy”.
Sepanjang
perjalanan pulang angannya masih penasaran dengan sosok Andy itu. Siapa Andy?
Apakah semua cerita Bu Rizka tentan dia itu benar? Ko bisa sih dia sehebat itu?
Apa mimpi-mimpinya itu? Di satu sisi, Mumut pun sekarang yakin akan keajaiban mimpi.
Pulang sekolah ia bertekad untuk membaca buku “Laskar pelangi” lalu mulai
menyusun mimpi-mimpi apa yang harus ia wujudkan di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment